
Minim Sentimen, Rupiah dan Dolar AS Kompak Stagnan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 April 2018 08:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah di pasar spot hari ini dibuka stagnan. Minimnya sentimen penggerak pasar membuat investor lebih hati-hati dalam bertransaksi.
Pada Selasa (10/42018), dolar AS kala pembukaan pasar spot berada di Rp 13.760. Sama dengan posisi penutupan pasar sehari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, rupiah mampu menguat meski sangat terbatas cenderung datar (flat). Pada pukul 08.30 WIB, dolar AS diperdagangkan di Rp 13.758. Rupiah menguat tipis 0,01%.
Rupiah bergerak searah dengan mata uang Asia yang cenderung stagnan terhadap dolar AS. Berikut perkembangan nilai tukar beberapa mata uang Asia terhadap greenback, seperti dikutip dari Reuters:
Terhadap mata uang utama, dolar AS pun minim pergerakan. Pagi ini, Dollar Index hanya naik tipis 0,01% ke 89,84.
Investor sepertinya menantikan pidato Presiden China Xi Jinping di Boao Forum hari ini. Di tengah pusaran perang dagang AS-China , pelaku pasar berharap ada komentar menyejukkan dari sang presiden seumur hidup.
Drama perang dagang Washington-Beijing memang belum selesai. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengatakan Presiden AS Donald Trump membuka opsi untuk membentuk koalisi internasional dalam rangka mengatasi masalah perdagangan dengan China.
"Presiden terbuka untuk itu. Beliau tidak mencari dukungan, tetapi terbuka untuk itu," kata Kudlow menjawab pertanyaan apakah Trump akan meminta bantuan kepada negara lain, seperti dikutip dari CNBC.
China sendiri masih cenderung panas menyikapi perang dagang. Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan AS sepenuhnya bersalah atas friksi dagang yang terjadi saat ini. Geng bahkan menegaskan dalam kondisi sekarang tidak mungkin melakukan negosiasi.
"Dalam situasi yang sekarang, kedua pihak semakin tidak bisa bernegosiasi. AS mengancam menerapkan sanksi, tetapi di saat yang sama mereka juga ingin berdialog. Saya tidak mengerti maksud mereka. Ini semua murni terjadi karena provokasi AS," tegas Geng, mengutip Reuters.
Nada provokatif juga datang dari komentar Fan Gang, Direktur Institut Kajian Ekonomi Nasional yang juga anggota Komite Kebijakan Moneter Bank Sentral China (PBoC). Menurut Fan, sebaiknya China mulai mempertimbangkan untuk berinvestasi di aset lain di luar obligasi pemerintah AS.
"Kami masih tergolong negara berpendapatan bawah, tetapi kami juga negara kaya sehingga perlu menggunakan modal dengan lebih baik. Daripada berinvestasi di surat utang AS, lebih baik menaruh dana di aset yang riil," tegas Fan, dikutip dari Reuters.
Saat ini, China merupakan investor asing terbesar di pasar obligasi negara AS. Per Januari 2018, China memegang US$ 1,17 triliun obligasi AS dan berada di posisi pertama. Bila ancaman Fan benar-benar terwujud, maka pasar obligasi pemerintah AS (dan pasar keuangan global) akan runtuh karena ditinggal investor terbesarnya.
Oleh karena itu, sekarang bola ada di kaki Presiden Xi. Ke mana arah bola selanjutnya, apakah menenangkan atau mencemaskan, tergantung kecermatan Presiden Xi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Selasa (10/42018), dolar AS kala pembukaan pasar spot berada di Rp 13.760. Sama dengan posisi penutupan pasar sehari sebelumnya.
Seiring perjalanan pasar, rupiah mampu menguat meski sangat terbatas cenderung datar (flat). Pada pukul 08.30 WIB, dolar AS diperdagangkan di Rp 13.758. Rupiah menguat tipis 0,01%.
![]() |
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 106,79 | -0,04 |
Yuan China | 6,30 | -0,04 |
Won Korsel | 1.069,50 | -0,06 |
Rupee India | 64,95 | -0,05 |
Dolar Singapura | 1,31 | +0,04 |
Ringgit Malaysia | 3,86 | +0,18 |
Baht Thailand | 31,24 | +0,06 |
Terhadap mata uang utama, dolar AS pun minim pergerakan. Pagi ini, Dollar Index hanya naik tipis 0,01% ke 89,84.
Investor sepertinya menantikan pidato Presiden China Xi Jinping di Boao Forum hari ini. Di tengah pusaran perang dagang AS-China , pelaku pasar berharap ada komentar menyejukkan dari sang presiden seumur hidup.
Drama perang dagang Washington-Beijing memang belum selesai. Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengatakan Presiden AS Donald Trump membuka opsi untuk membentuk koalisi internasional dalam rangka mengatasi masalah perdagangan dengan China.
"Presiden terbuka untuk itu. Beliau tidak mencari dukungan, tetapi terbuka untuk itu," kata Kudlow menjawab pertanyaan apakah Trump akan meminta bantuan kepada negara lain, seperti dikutip dari CNBC.
China sendiri masih cenderung panas menyikapi perang dagang. Geng Shuang, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan AS sepenuhnya bersalah atas friksi dagang yang terjadi saat ini. Geng bahkan menegaskan dalam kondisi sekarang tidak mungkin melakukan negosiasi.
"Dalam situasi yang sekarang, kedua pihak semakin tidak bisa bernegosiasi. AS mengancam menerapkan sanksi, tetapi di saat yang sama mereka juga ingin berdialog. Saya tidak mengerti maksud mereka. Ini semua murni terjadi karena provokasi AS," tegas Geng, mengutip Reuters.
Nada provokatif juga datang dari komentar Fan Gang, Direktur Institut Kajian Ekonomi Nasional yang juga anggota Komite Kebijakan Moneter Bank Sentral China (PBoC). Menurut Fan, sebaiknya China mulai mempertimbangkan untuk berinvestasi di aset lain di luar obligasi pemerintah AS.
"Kami masih tergolong negara berpendapatan bawah, tetapi kami juga negara kaya sehingga perlu menggunakan modal dengan lebih baik. Daripada berinvestasi di surat utang AS, lebih baik menaruh dana di aset yang riil," tegas Fan, dikutip dari Reuters.
Saat ini, China merupakan investor asing terbesar di pasar obligasi negara AS. Per Januari 2018, China memegang US$ 1,17 triliun obligasi AS dan berada di posisi pertama. Bila ancaman Fan benar-benar terwujud, maka pasar obligasi pemerintah AS (dan pasar keuangan global) akan runtuh karena ditinggal investor terbesarnya.
Oleh karena itu, sekarang bola ada di kaki Presiden Xi. Ke mana arah bola selanjutnya, apakah menenangkan atau mencemaskan, tergantung kecermatan Presiden Xi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular