Bursa Asia Masih Konsolidasi Simak Perkembangan Perang Dagang

Tim CNBC Indonesia, CNBC Indonesia
09 April 2018 08:55
Kinerja pasar saham masih belum menemukan sentimen positif yang kuat untuk melepaskan diri dari isu perang dagang.
Foto: REUTERS/Toru Hanai
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama Asia pada perdagangangan pagi ini dibuka mayortitas masih terkonsolidasi. Kinerja pasar saham masih belum menemukan sentimen positif yang kuat untuk melepaskan diri dari isu perang dagang.

Indeks Nikkei 225 turun tipis 0,02% atau 4,08 poin ke 21.563,44 di awal perdagangan. Namun saat ini terpantau sudah berada di teritori positif menguat 0,13%. Sementara indeks Topix dibuka melemah 0,06% atau 1,07 poin ke 1.718,23.

Demikian pula Indeks Kospi di Korea Selatan turun tipis 0,07% menjadi 2.427,97. Namun saat ini terpantau menguat 0,43%.

Sementara itu, di waktu yang sama indeks Australia ASX 200 melemah 0,25% menjadi 5.774,5. Bursa saham Australian saat ini tercatat sudah menguat 0,15%.

Bursa saham Singapura tercatat dibuka turun 0,3%, indeks Hang Seng dibuka menguat 0,66% dan indeks Shanghai Composite naik 0,19%.

Koreksi bursa Asia pada awal perdagangan pagi ini, dipicu oleh penerapan tarif baru terhadap barang China senilai US$ 100 miliar. Presiden Donald Trump, meminta Kantor Perwakilan Dagang AS untuk mempertimbangkan pengenaan bea masuk terhadap China senilai US$ 100 miliar (Rp 1.377 triliun).

Dalam menanggapi hal tersebut, Menteri Perdagangan China hari Jumat mengatakan negaranya tidak akan segan bereaksi dengan respons besar terhadap tarif baru AS.

Selain dipicu eskalasi perang dagang, bursa AS sedang mengamati data ketenagakerjaan di luar sektor pertanian yang dirilis pada Jum'at. Data tersebut menunjukkan kenaikan 103.000 jauh dari ekspektasi bulan lalu seniali 193.000. Selain itu, rencana The Fed akan menaikkan suku bunga acuan tahun ini turut diwaspadai investor dalam mengamati koreksi di bursa saham.

Pada akhir pekan lalu, Wall Street terkoreksi signifikan akibat panasnya tensi perang dagang. Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terkoreksi hingga 2,34%. Sedangkan S&P 500 turun 2,2% dan Nasdaq anjlok 2,3%. Selama sepekan kemarin, DJIA melemah 0,7%, S&P 500 terkoreksi 1,4%, dan Nasdaq berkurang 2,1%. 

Sentimen negatif lainnya datang dari data ketenagakerjaan AS yang tidak sesuai ekspektasi. Angka pengangguran Maret tercatat 4,1%, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Pencapaian tersebut di bawah konsensus pasar yang memperkirakan angka pengangguran Maret turun ke 4%. 

Data penciptaan lapangan kerja baru juga mengecewakan. Bulan lalu, perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 103.000 lapangan kerja baru, di bawah konsensus pasar yang sebesar 193.000. 

Adanya anomali cuaca di AS, di mana udara dingin masih bertiup pada Maret, membuat penciptaan lapangan kerja menjadi terbatas dan angka pengangguran sulit turun. Biasanya saat perayaan Hari St Patrick pada 17 Maret merupakan pertanda masuk musim semi. Namun tahun ini, perayaan tersebut terpaksa dilakukan di tengah udara dingin yang cukup ekstrem. 

Meski data angka pengangguran dan penciptaan lapangan kerja kurang memuaskan, tetapi pertumbuhan gaji di AS pada Maret lebih baik ketimbang bulan sebelumnya. Pada Maret, penghasilan per jam rata-rata naik 0,3% secara month-to-month (MtM) atau 2,7% secara year-on-year (YoY). Capaian itu lebih tinggi dari peningkatan bulan sebelumnya yaitu 0,1% MtM atau 2,6% YoY.
(hps) Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular