
Investor Incar Dolar AS, Rupiah Melemah 0,08%
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 April 2018 12:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih bergerak melemah hingga siang ini. Aliran modal asing yang mengarah ke Negeri Paman Sam menyebabkan greenback menguat.
Pada Jumat (6/4/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.775. Rupiah melemah 0,08% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Rupiah bergerak searah dengan mata uang kawasan yang melemah terhadap dolar AS. Berikut perkembangan sejumlah mata uang Asia di hadapan greenback:
Dolar AS tengah mendapatkan momentum penguatan. Pada perdagangan yang berakhir dini hari tadi, Wall Street menguat karena tensi perang dagang yang mulai mereda. Investor pun antusias menantikan musim laporan keuangan (earnings season) yang akan dimulai pekan depan.
Investor juga menunggu rilis data pengangguran AS yang akan diumumkan malam ini waktu Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Negeri Paman Sam periode Maret di 4%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 4,1%.
Penurunan angka pengangguran (bila terjadi) kemungkinan akan melahirkan persepsi Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan lebih agresif. Apabila persepsi ini muncul, maka akan menjadi sentimen positif bagi dolar AS yang mendambakan kenaikan suku bunga untuk meredam ekspektasi inflasi.
Perkembangan ini membuat aset-aset berbasis dolar AS menjadi menarik untuk dikoleksi. Ini terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Saat ini, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada di 2,819%. Turun dibandingkan sehari sebelumnya yaitu 2,832%.
Penurunan yield menandakan harga obligasi negara AS sedang naik. Kenaikan harga artinya permintaan terhadap instrumen ini sedang tinggi. Permintaan yang tinggi terhadap instrumen ini menyokong apresiasi dolar AS.
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Jumat (6/4/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.775. Rupiah melemah 0,08% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
![]() |
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 107.33 | +0,06 |
Won Korsel | 1.068,10 | -0,62 |
Dolar Taiwan | 29,27 | -0,09 |
Rupee India | 65,00 | -0,19 |
Dolar Singapura | 1,32 | -0,08 |
Ringgit Malaysia | 3,87 | -0,05 |
Baht Thailand | 31,28 | -0,13 |
Dolar AS tengah mendapatkan momentum penguatan. Pada perdagangan yang berakhir dini hari tadi, Wall Street menguat karena tensi perang dagang yang mulai mereda. Investor pun antusias menantikan musim laporan keuangan (earnings season) yang akan dimulai pekan depan.
Investor juga menunggu rilis data pengangguran AS yang akan diumumkan malam ini waktu Indonesia. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran Negeri Paman Sam periode Maret di 4%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 4,1%.
Penurunan angka pengangguran (bila terjadi) kemungkinan akan melahirkan persepsi Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan lebih agresif. Apabila persepsi ini muncul, maka akan menjadi sentimen positif bagi dolar AS yang mendambakan kenaikan suku bunga untuk meredam ekspektasi inflasi.
Perkembangan ini membuat aset-aset berbasis dolar AS menjadi menarik untuk dikoleksi. Ini terlihat dari penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS. Saat ini, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun berada di 2,819%. Turun dibandingkan sehari sebelumnya yaitu 2,832%.
Penurunan yield menandakan harga obligasi negara AS sedang naik. Kenaikan harga artinya permintaan terhadap instrumen ini sedang tinggi. Permintaan yang tinggi terhadap instrumen ini menyokong apresiasi dolar AS.
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular