
Terimbas Isu Perang Dagang, Rupiah dan Dolar AS Tertekan
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
03 April 2018 09:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan pagi ini bergerak melemah setelah pada hari sebelumnya terapresiasi. Rupiah tidak mampu memanfaatkan dolar AS yang juga sedang tertekan.
Pada Selasa (2/4/2018), US$ 1 dibanderol Rp 13.760 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,05% dibandingkan dengan penutupan pada hari sebelumnya.
Pelemahan yang terjadi pada rupiah tidak lepas menguatnya tensi perang dagang yang semakin memanas setelah China secara resmi mengenakan bea masuk terhadap 128 barang impor dari AS senilai US$ 3 miliar, termasuk daging babi dan buah-buahan. Langkah ini merupakan balasan atas pengenaan bea masuk baja dan aluminium oleh AS.
Kemudian, pada pekan ini pemerintahan AS dijadwalkan untuk merilis daftar barang-barang impor asal China senilai US$ 50 miliar yang akan dikenakan bea masuk. Rencananya, sasaran dari kebijakan ini adalah barang-barang berteknologi tinggi.
Dampak dari aksi saling balas penerapan tarif impor berpengaruh terhadap permintaan bahan baku dan barang modal di AS maupun China akan berkurang karena penjualan industri turun akibat saling hambat perdagangan. Seluruh dunia akan menjadi korban termasuk Indonesia.
China merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia karena menjadi negara tujuan ekspor utama. Data United Nation International Trade Statistics Database (UN Comtrade) tahun 2016 memperlihatkan jumlah ekspor Indonesia ke China mencapai US$16 miliar. Berkurangnya permintaan dari China akan berpengaruh terhadap ekspor Indonesia ke negeri Tirai Bambu tersebut.
Seperti halnya rupiah, mayoritas mata uang di kawasan Asia juga mengalami pelemahan karena memanasnya perang dagang tersebut. Berikut pergerakan beberapa mata uang kawasan Asia, seperti yang dikutip dari Reuters:
Dolar AS pun sebenarnya tengah tertekan. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama, turun 0,06%.
Greenback sepertinya masih melanjutkan depresiasi, merespons penerapan bea masuk kepada 128 produk AS oleh China. Ekspor AS ke China tentu akan terganggu, sementara Negeri Tirai Bambu adalah pasar ketiga terbesar untuk Negeri Adidaya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Selasa (2/4/2018), US$ 1 dibanderol Rp 13.760 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,05% dibandingkan dengan penutupan pada hari sebelumnya.
![]() |
Dampak dari aksi saling balas penerapan tarif impor berpengaruh terhadap permintaan bahan baku dan barang modal di AS maupun China akan berkurang karena penjualan industri turun akibat saling hambat perdagangan. Seluruh dunia akan menjadi korban termasuk Indonesia.
China merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia karena menjadi negara tujuan ekspor utama. Data United Nation International Trade Statistics Database (UN Comtrade) tahun 2016 memperlihatkan jumlah ekspor Indonesia ke China mencapai US$16 miliar. Berkurangnya permintaan dari China akan berpengaruh terhadap ekspor Indonesia ke negeri Tirai Bambu tersebut.
Seperti halnya rupiah, mayoritas mata uang di kawasan Asia juga mengalami pelemahan karena memanasnya perang dagang tersebut. Berikut pergerakan beberapa mata uang kawasan Asia, seperti yang dikutip dari Reuters:
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 105,89 | -0,01 |
Yuan China | 6,28 | -0,11 |
Won Korsel | 1,057.85 | -0,16 |
Dolar Taiwan | 29,14 | -0,06 |
Rupee India | 65,12 | -0,02 |
Dolar Singapura | 1.31 | +0,03 |
Ringgit Malaysia | 3.86 | -0,16 |
Bath Thailand | 31,21 | +0,03 |
Peso Filipina | 51,98 | +0,19 |
Dolar AS pun sebenarnya tengah tertekan. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama, turun 0,06%.
Greenback sepertinya masih melanjutkan depresiasi, merespons penerapan bea masuk kepada 128 produk AS oleh China. Ekspor AS ke China tentu akan terganggu, sementara Negeri Tirai Bambu adalah pasar ketiga terbesar untuk Negeri Adidaya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular