
Cabai, Bawang, dan Bensin Dorong Inflasi Maret 2018 ke 0,2%
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
02 April 2018 11:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat inflasi di Maret 2018 mencapai 0,2% (month to month). Sementara tingkat inflasi secara tahun ke tahun mencapai 3,4%.
Demikian disampaikan oleh Kepala BPS, Suhariyanto dalam konferensi persnya, Senin (2/4/2018).
"3,4% ini inflasi masih terkendali. Dari 82 kota yang dipantau BPS, 57 kota inflasi dan 25 kota terjadi deflasi," katanya.
Sementara inflasi tahun kalender tercatat 0,99% atau inflasi sejak awal 2018.
"Inflasi inti 2,67% (year on year). Dan inflasi inti bulanan 0,19%," kata Suhariyanto.
Secara bulanan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan, sandang, dan transportasi. "Tapi dari bobotnya secara andil yang terbesar adalah makanan jadi, bahan makan dan transportasi," katanya.
Inflasi bahan makanan tercatat 0,14%. Di mana cabai merah, bawang merah, dan bawang putih yang tercatat mengalami kenaikan tinggi.
"Sementara harga beras pada Maret 2018 sudah menunjukkan deflasi 0,1%," tuturnya.
Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, inflasi bulanan (month to month/MtM) diperkirakan sebesar 0,12%. Sementara inflasi tahunan (year on year/YoY) berada di 3,32%, dan inflasi inti YoY di 2,68%.
Pada bulan sebelumnya, inflasi MtM tercatat 0,17%. Sedangkan inflasi YoY adalah 3,18% dan inflasi inti YoY di 2,58%.
BPS mencatat, dari sisi bahan pangan seperti ikan segar dan beberapa sayuran memberikan andil deflasi. Makan, minuman, rokok dan tembakau tercatat inflasi 0,02%. Di mana terbesar disumbang oleh kenaikan harga rokok kretek filter 0,01%.
"Sandang, inflasinya 0,36%. Didominasi oleh kenaikan emas dan perhiasan karena harga internasional yang naik besar," katanya.
Selain itu BPS menyebut faktor pendorong inflasi Februari yakni kenaikan harga Pertamax Cs dan Pertalite.
Saat ini konferensi pers masih berlangsung.
(dru) Next Article Live Now! BPS Beberkan Tingkat Inflasi Agustus 2019
Demikian disampaikan oleh Kepala BPS, Suhariyanto dalam konferensi persnya, Senin (2/4/2018).
"3,4% ini inflasi masih terkendali. Dari 82 kota yang dipantau BPS, 57 kota inflasi dan 25 kota terjadi deflasi," katanya.
"Inflasi inti 2,67% (year on year). Dan inflasi inti bulanan 0,19%," kata Suhariyanto.
Secara bulanan, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan, sandang, dan transportasi. "Tapi dari bobotnya secara andil yang terbesar adalah makanan jadi, bahan makan dan transportasi," katanya.
Inflasi bahan makanan tercatat 0,14%. Di mana cabai merah, bawang merah, dan bawang putih yang tercatat mengalami kenaikan tinggi.
"Sementara harga beras pada Maret 2018 sudah menunjukkan deflasi 0,1%," tuturnya.
Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, inflasi bulanan (month to month/MtM) diperkirakan sebesar 0,12%. Sementara inflasi tahunan (year on year/YoY) berada di 3,32%, dan inflasi inti YoY di 2,68%.
Pada bulan sebelumnya, inflasi MtM tercatat 0,17%. Sedangkan inflasi YoY adalah 3,18% dan inflasi inti YoY di 2,58%.
BPS mencatat, dari sisi bahan pangan seperti ikan segar dan beberapa sayuran memberikan andil deflasi. Makan, minuman, rokok dan tembakau tercatat inflasi 0,02%. Di mana terbesar disumbang oleh kenaikan harga rokok kretek filter 0,01%.
"Sandang, inflasinya 0,36%. Didominasi oleh kenaikan emas dan perhiasan karena harga internasional yang naik besar," katanya.
Selain itu BPS menyebut faktor pendorong inflasi Februari yakni kenaikan harga Pertamax Cs dan Pertalite.
Saat ini konferensi pers masih berlangsung.
(dru) Next Article Live Now! BPS Beberkan Tingkat Inflasi Agustus 2019
Most Popular