
Kurs JISDOR: Rupiah Vs Dolar Diperdagangkan Rp 13.750/US$
Herdaru Purnomo & Alfado Agustio, CNBC Indonesia
02 April 2018 10:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs referensi mata uang Dolar AS terhadap Rupiah antar bank dibuka lebih kuat dari akhir pekan lalu dalam perdagangan antar bank. Rupiah menguat tipis lawan dolar AS sebesar 6 poin.
Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dipublikasikan Bank Indonesia, Senin (2/4/2018), nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS tercatat Rp 13.750/US$. Pada akhir pekan lalu, dolar AS diperdagangkan di level Rp 13.756/US$.
JISDOR adalah kurs referensi mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang disusun berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap rupiah antarbank di pasar domestik, melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia.
Hal yang sama juga terjadi di pasar spot, hingga pukul 10:02 US$ 1 dibanderol di posisi Rp 13.760, sama dengan posisi sebelumnya. Posisi tertinggi rupiah berada di Rp 13.760/US$, sementara posisi terendah di Rp 13.740/US$.
Sementara Bolingers Bands memperkirakan rupiah akan menguat hingga posisi Rp 13.740/US$, Penguatan ini bisa lebih besar seiring dengan adanya potensi aksi jual mata uang Dolar AS yang dilakukan investor sehingga berpotensi mendorong rupiah menguat hingga Rp 13.575/US$.
Di samping itu, pelemahan yang terjadi pada dolar AS tidak lepas dari rilis data Data Personal Consumption Expenditure (PCE) yang masih di bawah target The Federal Reserve/The Fed. Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat masih berada di kisaran 1,6%, masih dibawah target The Fed yaitu 2%.
Rilis data ini seakan memberi konfirmasi bahwa The Fed juga tidak akan memberi kejutan dengan menaikkan suku bunga empat kali sepanjang 2018. Pelaku pasar sudah memperhitungkan ada tiga kali kenaikan, dan sejauh ini tanda-tanda untuk lebih dari itu masih sangat lirih (meski tidak bisa dibilang tidak ada).
Ini membuat setidaknya satu ketidakpastian berkurang. The Fed kemungkinan besar masih pada rencana awal yaitu kenaikan Federal Funds Rate sebanyak tiga kali selama 2018. Kenaikan pertama sudah dilakukan pada bulan lalu sehingga tersisa dua kali lagi, yang diperkirakan jatuh pada Juni dan Desember.
Bagi dolar AS, kenaikan suku bunga (apalagi secara agresif) adalah bahan bakar apresiasi. Namun jika situasinya seperti perkiraan alias nir kejutan, maka tidak ada dorongan tambahan buat greenback.
Seperti halnya rupiah, mata uang di kawasan Asia mengalami penguatan merespons pelemahan dolar AS. Berikut pergerakan beberapa mata uang kawasan Asia, seperti yang dikutip dari Reuters :
(dru/dru) Next Article Rupiah Kurang Bergairah, Jadi PR Pemerintah
Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dipublikasikan Bank Indonesia, Senin (2/4/2018), nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS tercatat Rp 13.750/US$. Pada akhir pekan lalu, dolar AS diperdagangkan di level Rp 13.756/US$.
JISDOR adalah kurs referensi mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang disusun berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap rupiah antarbank di pasar domestik, melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia.
Sementara Bolingers Bands memperkirakan rupiah akan menguat hingga posisi Rp 13.740/US$, Penguatan ini bisa lebih besar seiring dengan adanya potensi aksi jual mata uang Dolar AS yang dilakukan investor sehingga berpotensi mendorong rupiah menguat hingga Rp 13.575/US$.
Di samping itu, pelemahan yang terjadi pada dolar AS tidak lepas dari rilis data Data Personal Consumption Expenditure (PCE) yang masih di bawah target The Federal Reserve/The Fed. Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat masih berada di kisaran 1,6%, masih dibawah target The Fed yaitu 2%.
Rilis data ini seakan memberi konfirmasi bahwa The Fed juga tidak akan memberi kejutan dengan menaikkan suku bunga empat kali sepanjang 2018. Pelaku pasar sudah memperhitungkan ada tiga kali kenaikan, dan sejauh ini tanda-tanda untuk lebih dari itu masih sangat lirih (meski tidak bisa dibilang tidak ada).
Ini membuat setidaknya satu ketidakpastian berkurang. The Fed kemungkinan besar masih pada rencana awal yaitu kenaikan Federal Funds Rate sebanyak tiga kali selama 2018. Kenaikan pertama sudah dilakukan pada bulan lalu sehingga tersisa dua kali lagi, yang diperkirakan jatuh pada Juni dan Desember.
Bagi dolar AS, kenaikan suku bunga (apalagi secara agresif) adalah bahan bakar apresiasi. Namun jika situasinya seperti perkiraan alias nir kejutan, maka tidak ada dorongan tambahan buat greenback.
Seperti halnya rupiah, mata uang di kawasan Asia mengalami penguatan merespons pelemahan dolar AS. Berikut pergerakan beberapa mata uang kawasan Asia, seperti yang dikutip dari Reuters :
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 105,52 | -0,18 |
Won Korsel | 1.066,80 | +0,68 |
Dolar Taiwan | 29,13 | +0,05 |
Rupee India | 64,94 | -0,19 |
Dolar Singapura | 1,30 | +0,18 |
Ringgit Malaysia | 3,85 | +0,50 |
Baht Thailand | 31,24 | +0,06 |
Peso Filipina | 52,30 | +0,11 |
(dru/dru) Next Article Rupiah Kurang Bergairah, Jadi PR Pemerintah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular