
Dolar AS dalam Posisi Bertahan, Rupiah Menguat 0,14%
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
02 April 2018 08:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan pagi ini dibuka menguat. Greenback memang tengah dalam posisi defensif seiring rilis data terbaru di Negeri Paman Sam.
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Senin (1/4/2018), US$ 1 dibanderol Rp 13.740 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,14% dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu.
Pelemahan yang terjadi pada dolar AS tidak lepas dari rilis data Data Personal Consumption Expenditure (PCE) yang masih di bawah target The Federal Reserve/The Fed. Data terbaru menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran konsumsi masyarakat masih berada di kisaran 1,6%, masih dibawah target The Fed yaitu 2%.
Rilis data ini seakan memberi konfirmasi bahwa The Fed juga tidak akan memberi kejutan dengan menaikkan suku bunga empat kali sepanjang 2018. Pelaku pasar sudah memperhitungkan ada tiga kali kenaikan, dan sejauh ini tanda-tanda untuk lebih dari itu masih sangat lirih (meski tidak bisa dibilang tidak ada).
Ini membuat setidaknya satu ketidakpastian berkurang. The Fed kemungkinan besar masih pada rencana awal yaitu kenaikan Federal Funds Rate sebanyak tiga kali selama 2018. Kenaikan pertama sudah dilakukan pada bulan lalu sehingga tersisa dua kali lagi, yang diperkirakan jatuh pada Juni dan Desember.
Bagi dolar AS, kenaikan suku bunga (apalagi secara agresif) adalah bahan bakar apresiasi. Namun jika situasinya seperti perkiraan alias nir kejutan, maka tidak ada dorongan tambahan buat greenback.
Seperti halnya rupiah, mata uang di kawasan Asia mengalami penguatan merespons pelemahan dolar AS. Berikut pergerakan beberapa mata uang kawasan Asia, seperti yang dikutip dari Reuters :
TIM RISET CNBC INDONESIA
![]() |
Ini membuat setidaknya satu ketidakpastian berkurang. The Fed kemungkinan besar masih pada rencana awal yaitu kenaikan Federal Funds Rate sebanyak tiga kali selama 2018. Kenaikan pertama sudah dilakukan pada bulan lalu sehingga tersisa dua kali lagi, yang diperkirakan jatuh pada Juni dan Desember.
Bagi dolar AS, kenaikan suku bunga (apalagi secara agresif) adalah bahan bakar apresiasi. Namun jika situasinya seperti perkiraan alias nir kejutan, maka tidak ada dorongan tambahan buat greenback.
Seperti halnya rupiah, mata uang di kawasan Asia mengalami penguatan merespons pelemahan dolar AS. Berikut pergerakan beberapa mata uang kawasan Asia, seperti yang dikutip dari Reuters :
Mata Uang | Bid Terakhir | Perubahan (%) |
Yen Jepang | 106,29 | -0,03 |
Yuan China | 6,26 | +0,08 |
Won Korsel | 1,056.57 | +0,35 |
Dolar Taiwan | 29,06 | +0,05 |
Rupee India | 65,11 | 0,00 |
Dolar Singapura | 1.31 | +0,11 |
Ringgit Malaysia | 3.85 | +0,21 |
Bath Thailand | 31,15 | +0,06 |
Peso Filipina | 52,11 | +0,01 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular