
Investor Alihkan Dana ke Eropa, Dolar AS Tertekan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 March 2018 09:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada pembukaan perdagangan hari ini. Greenback kini sejenak dilupakan oleh investor.
Pada Selasa (20/3/2018), dolar AS di pasar spot dibuka di Rp 13.761/US$. Menguat tipis 0,02% dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin.
Seiring perjalanan, rupiah bergerak cenderung menguat. Pada pukul 08.35 WIB, dolar AS diperdagangkan di Rp 13.758/US$.
Pelemahan dolar AS tidak lepas dari penguatan mata uang pesaingnya, dalam hal ini poundsterling dan euro. Inggris mencapai kesepakatan dengan Uni Eropa (UE) mengenai keluarnya Negeri Elizabeth dari organisasi tersebut (Brexit).
Inggris tetap akan menjadi anggota UE tanpa hak suara (non-voting member) sampai akhir 2020. Selain itu, Irlandia Utara akan tetap menjadi wilayah pabean UE.
Mulusnya kesepakatan ini membuat pelaku pasar yakin bahwa Brexit tidak akan membawa dampak positif bagi perekonomian. Oleh karena itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi 1,7% pada 2018 (naik dari perkiraan sebelumnya yaitu 1,5%) masih sangat relevan.
Dengan perkembangan tersebut, pasar pun semakin yakin bahwa Bank Sentral Inggris (BoE) akan mulai menerapkan kebijakan moneter ketat. BoE dijadwalkan akan melakukan pertemuan untuk menentukan suku bunga acuan pada 22 Maret waktu setempat.
Konsensus pasar menilai BoE masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan tersebut. BoE diperkirakan baru menaikkan suku bunga pada pertemuan Mei, dan bahkan beberapa pihak memperkirakan ada kenaikan sekali lagi pada tahun ini.
Perkembangan ini membuat sterling menguat signifikan. Pagi ini, sterling menguat 0,14% di hadapan greenback.
Tidak hanya poundsterling, euro pun mengalami apresiasi. Seperti halnya sterling, penguatan euro pun didorong oleh wacana pengetatan kebijakan moneter.
Reuters melaporkan, sejumlah pengambil kebijakan di Bank Sentral Uni Eropa (ECB) kini mulai berpikir untuk mengubah arah kebijakan. Awalnya, alur pengetatan moneter dilakukan dengan mengurangi pembelian surat-surat berharga (quantitative easing), tetapi kini mulai ada pemikiran agar langsung melalui kenaikan suku bunga.
Kabar ini langsung menjadi bensin bagi euro untuk melaju. Pagi ini, euro menguat 0,11% terhadap dolar AS.
Penguatan sterling dan euro menyebabkan dolar AS sedikit tertekan karena aliran dana tengah menuju ke Benua Biru. Tekanan yang dialami dolar AS berhasil dimanfaatkan oleh berbagai mata uang untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Pada Selasa (20/3/2018), dolar AS di pasar spot dibuka di Rp 13.761/US$. Menguat tipis 0,02% dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin.
Seiring perjalanan, rupiah bergerak cenderung menguat. Pada pukul 08.35 WIB, dolar AS diperdagangkan di Rp 13.758/US$.
![]() |
Inggris tetap akan menjadi anggota UE tanpa hak suara (non-voting member) sampai akhir 2020. Selain itu, Irlandia Utara akan tetap menjadi wilayah pabean UE.
Mulusnya kesepakatan ini membuat pelaku pasar yakin bahwa Brexit tidak akan membawa dampak positif bagi perekonomian. Oleh karena itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi 1,7% pada 2018 (naik dari perkiraan sebelumnya yaitu 1,5%) masih sangat relevan.
Dengan perkembangan tersebut, pasar pun semakin yakin bahwa Bank Sentral Inggris (BoE) akan mulai menerapkan kebijakan moneter ketat. BoE dijadwalkan akan melakukan pertemuan untuk menentukan suku bunga acuan pada 22 Maret waktu setempat.
Konsensus pasar menilai BoE masih akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan tersebut. BoE diperkirakan baru menaikkan suku bunga pada pertemuan Mei, dan bahkan beberapa pihak memperkirakan ada kenaikan sekali lagi pada tahun ini.
Perkembangan ini membuat sterling menguat signifikan. Pagi ini, sterling menguat 0,14% di hadapan greenback.
Tidak hanya poundsterling, euro pun mengalami apresiasi. Seperti halnya sterling, penguatan euro pun didorong oleh wacana pengetatan kebijakan moneter.
Reuters melaporkan, sejumlah pengambil kebijakan di Bank Sentral Uni Eropa (ECB) kini mulai berpikir untuk mengubah arah kebijakan. Awalnya, alur pengetatan moneter dilakukan dengan mengurangi pembelian surat-surat berharga (quantitative easing), tetapi kini mulai ada pemikiran agar langsung melalui kenaikan suku bunga.
Kabar ini langsung menjadi bensin bagi euro untuk melaju. Pagi ini, euro menguat 0,11% terhadap dolar AS.
Penguatan sterling dan euro menyebabkan dolar AS sedikit tertekan karena aliran dana tengah menuju ke Benua Biru. Tekanan yang dialami dolar AS berhasil dimanfaatkan oleh berbagai mata uang untuk menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$
Most Popular