
BLTA Minta Bursa Segera Lepas Sanksi Suspensi
Monica Wareza, CNBC Indonesia
16 March 2018 13:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) mengharapkan Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sanksi penghentian perdagangan saham (suspensi) yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun.
Direktur dan Corporate Secretary perusahaan Anthony Budiawan mengatakan dalam waktu dekat perusahaan akan bertemu dengn otoritas bursa dan memaparkan kondisi terkini perusahaan. Dari pertemuan tersebut diharapkan sanksi suspensi yang diberlakukan pada perdagangan saham perusahaan akan segera dibuka.
"Kami akan temui pihak bursa satu atau dua minggu ke depan dan menjelaskan secara transparan kepada bursa. Diharapkan akan dapat kabar baik setelahnya," kata Anthony di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3).
BEI mengenakan sanksi suspensi setelah perusahaan dinyatakan tak mampu lagi membayar utang (default) pada 2012 lalu. Perusahaan dinyatakaan default setelah tak mampu membayar utang dalam enam instrumen saham senilai Rp 463 miliar. Jika ditotal, nilai utang perusahaan ketika itu berjumlah hingga Rp 13 triliun.
Perusahaan berusaha mengurangi jumlah utangnya dengan melakukan konversi utang menjadi saham sebanyak 11,93 miliar saham. Meski demikian, saat ini perusahaan masih memiliki utang jangka panjang senilai US$ 24 juta.
Sementara itu, kinerja keuangan perusahaan juga mulai membaik. Perusahaan sudah bisa mencatatkan laba pada akhir kuartal-III tahun lalu sebesar US$ 3,13 juta dolar dibandingkan dengan rugi di periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar US$ 2,91 juta dolar.
Untuk itu, perusahaan saat ini memiliki strategi operasional dengan melakukan penyewaan dua hingga empat kapal di tahun ini untuk menunjang operasional delapan kapal lainnya. Perusahaan mengakui saat ini tengah melakukan penawaran kepada beberapa calon klien tetapnya seperti Pertamina, Shell dan Exxon.
Anthony mengakui saat ini perusahaan belum mampu untuk melakukan investasi lebih lanjut, pasalnya perusahaan belum bisa mendapatkan pendanaan eksternal seperti dari perbankan. Sementara, kondisi kas internal perusahaan hanya mampu membiayai penyewaan kapal san operasional tahun ini.
(hps) Next Article Ini Penampakan 5 Emiten yang Sahamnya Liar, Masuk Radar BEI
Direktur dan Corporate Secretary perusahaan Anthony Budiawan mengatakan dalam waktu dekat perusahaan akan bertemu dengn otoritas bursa dan memaparkan kondisi terkini perusahaan. Dari pertemuan tersebut diharapkan sanksi suspensi yang diberlakukan pada perdagangan saham perusahaan akan segera dibuka.
"Kami akan temui pihak bursa satu atau dua minggu ke depan dan menjelaskan secara transparan kepada bursa. Diharapkan akan dapat kabar baik setelahnya," kata Anthony di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/3).
Perusahaan berusaha mengurangi jumlah utangnya dengan melakukan konversi utang menjadi saham sebanyak 11,93 miliar saham. Meski demikian, saat ini perusahaan masih memiliki utang jangka panjang senilai US$ 24 juta.
Sementara itu, kinerja keuangan perusahaan juga mulai membaik. Perusahaan sudah bisa mencatatkan laba pada akhir kuartal-III tahun lalu sebesar US$ 3,13 juta dolar dibandingkan dengan rugi di periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar US$ 2,91 juta dolar.
Untuk itu, perusahaan saat ini memiliki strategi operasional dengan melakukan penyewaan dua hingga empat kapal di tahun ini untuk menunjang operasional delapan kapal lainnya. Perusahaan mengakui saat ini tengah melakukan penawaran kepada beberapa calon klien tetapnya seperti Pertamina, Shell dan Exxon.
Anthony mengakui saat ini perusahaan belum mampu untuk melakukan investasi lebih lanjut, pasalnya perusahaan belum bisa mendapatkan pendanaan eksternal seperti dari perbankan. Sementara, kondisi kas internal perusahaan hanya mampu membiayai penyewaan kapal san operasional tahun ini.
(hps) Next Article Ini Penampakan 5 Emiten yang Sahamnya Liar, Masuk Radar BEI
Most Popular