
Defisit Perdagangan Jadi Pemberat Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 March 2018 12:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih bergerak melemah pada hari ini. Sentimen negatif dari data neraca perdagangan menjadi pemberat gerak rupiah.
Pada Jumat (16/3/2018) pukul 12.00 WIB, dolar AS di pasar spot diperdagangkan di Rp 13.760/US$. Melemah 0,11% dibandingkan penutupan perdangangan hari sebelumnya.
Dolar AS bergerak mendatar sampai siang ini. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS dibandingkan enam mata uang utama, melemah tipis 0,07%.
Minimnya dukungan devisa menyebabkan rupiah sulit menguat di tengah greenback yang sebenarnya sedang melemah. Sejak awal tahun, investor asing mencatatkan jual bersih sebesar Rp 16,26 triliun di pasar saham. Sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN), kepemilikan asing berkurang Rp 9,5 triliun pada periode yang sama.
Sementara di sisi perdagangan, pasokan devisa juga seret karena sudah tiga bulan berturut-turut Indonesia membukukan defisit perdagangan. Ekspor yang lebih rendah ketimbang ekspor artinya lebih banyak devisa yang keluar dibandingkan dengan yang masuk.
Joey Cuyugkeng, Ekonom ING, mengatakan permintaan domestik yang meningkat membutuhkan impor sehingga neraca perdagangan menjadi defisit. Ini menimbulkan tantangan baru dalam pengelolaan devisa.
"Upaya untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga melalui pengendalian inflasi, stimulus fiskal dan subsidi, serta belanja terkait pilkada sepertinya berhasil. Namun ini menyebabkan upaya menjaga neraca perdagangan dan transaksi berjalan lebih menantang," sebut Cuyugkeng dalam risetnya.
ING memperkirakan defisit transaksi berjalan 2018 sebesar 1,9% dari produk domestik bruto (PDB). Naik dibandingkan 2017 yang sebesar 1,7% PDB.
"Ini akan menimbulkan tekanan terhadap rupiah. Kami memperkirakan rupiah bisa lebih lemah dibandingkan asumsi pemerintah yaitu Rp 13.400/US$," sebut Cuyugkeng.
(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Pada Jumat (16/3/2018) pukul 12.00 WIB, dolar AS di pasar spot diperdagangkan di Rp 13.760/US$. Melemah 0,11% dibandingkan penutupan perdangangan hari sebelumnya.
![]() |
![]() |
Sementara di sisi perdagangan, pasokan devisa juga seret karena sudah tiga bulan berturut-turut Indonesia membukukan defisit perdagangan. Ekspor yang lebih rendah ketimbang ekspor artinya lebih banyak devisa yang keluar dibandingkan dengan yang masuk.
Joey Cuyugkeng, Ekonom ING, mengatakan permintaan domestik yang meningkat membutuhkan impor sehingga neraca perdagangan menjadi defisit. Ini menimbulkan tantangan baru dalam pengelolaan devisa.
"Upaya untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga melalui pengendalian inflasi, stimulus fiskal dan subsidi, serta belanja terkait pilkada sepertinya berhasil. Namun ini menyebabkan upaya menjaga neraca perdagangan dan transaksi berjalan lebih menantang," sebut Cuyugkeng dalam risetnya.
ING memperkirakan defisit transaksi berjalan 2018 sebesar 1,9% dari produk domestik bruto (PDB). Naik dibandingkan 2017 yang sebesar 1,7% PDB.
"Ini akan menimbulkan tekanan terhadap rupiah. Kami memperkirakan rupiah bisa lebih lemah dibandingkan asumsi pemerintah yaitu Rp 13.400/US$," sebut Cuyugkeng.
(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular