
Dolar Diserang Isu Domestik, Rupiah Menguat
14 March 2018 17:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat. Rupiah mampu memanfaatkan pelemahan greenback yang terjadi sejak akhir pekan lalu.
Pada Rabu (14/3/2018) pukul 16.00 WIB, dolar AS diperdagangkan di Rp 13.735/US$. Menguat 0,08% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Rupiah bergerak sejalan dengan mata uang regional yang bergerak cenderung menguat terhadap dolar AS. Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS, seperti dikutip Reuters:
Greenback memang tengah dalam posisi bertahan. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama, terus menurun dan berada di posisi terendahnya dalam sepekan.
Dollar AS tengah mendapat tekanan dari sisi domestik. Situasi politik di Negeri Adidaya sedang kurang kondusif setelah pencopotan Rex Tillerson dari posisi Menteri Luar Negeri. Tillerson digantikan oleh eks Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) Mike Pompeo, yang sejak lama dikenal sebagai loyalis Presiden Donald Trump. Pergantian ini membuat pasar sedikit gusar, karena menebak-nebak bagaimana kebijakan luar negeri AS ke depan setelah pergantian menteri.
Selain itu, greenback juga terbeban oleh pemberitaan Politico yang menyebutkan Trump akan mengenakan bea masuk baru yang menyasar produk-produk China terkait kekayaan intelektual. Bea masuk tersebut dikabarkan akan keluar pekan depan.
Disebutkan bahwa pemerintah AS akan menerapkan bea masuk bagi lebih dari 100 produk China. Akan diatur juga mengenai kemungkinan pembatasan visa bagi warga China atau kontrol yang lebih ketat atas ekspor ke Negeri Tirai Bambu untuk mencegah pencurian kekayaan intelektual.
Data ekonomi di Negeri Paman Sam juga belum memihak dolar AS. Pada Februari 2018, inflasi Negeri Paman Sam tercatat 0,2% secara bulanan dan 2,2% secara tahunan. Angka ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
Rilis inflasi menambah deretan data yang tidak mendukung penguatan dolar AS. Sebelumnya, data ketenagakerjaan AS menyebutkan kenaikan gaji per jam selama Februari hanya 0,1%. Lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 0,5%.
Data-data ini seakan mengkonfirmasi bahwa The Federal Reserve/The Fed sepertinya tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Proyeksi kenaikan tiga kali sepanjang 2018 sepertinya masih relevan, sulit untuk naik lebih dari itu karena data-data yang belum mendukung.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Merana Nyaris ke Rp15.000 Lagi, Ini Biang Keroknya
Pada Rabu (14/3/2018) pukul 16.00 WIB, dolar AS diperdagangkan di Rp 13.735/US$. Menguat 0,08% dibandingkan penutupan perdagangan hari sebelumnya.
![]() |
![]() |
![]() |
Selain itu, greenback juga terbeban oleh pemberitaan Politico yang menyebutkan Trump akan mengenakan bea masuk baru yang menyasar produk-produk China terkait kekayaan intelektual. Bea masuk tersebut dikabarkan akan keluar pekan depan.
Disebutkan bahwa pemerintah AS akan menerapkan bea masuk bagi lebih dari 100 produk China. Akan diatur juga mengenai kemungkinan pembatasan visa bagi warga China atau kontrol yang lebih ketat atas ekspor ke Negeri Tirai Bambu untuk mencegah pencurian kekayaan intelektual.
Data ekonomi di Negeri Paman Sam juga belum memihak dolar AS. Pada Februari 2018, inflasi Negeri Paman Sam tercatat 0,2% secara bulanan dan 2,2% secara tahunan. Angka ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
Rilis inflasi menambah deretan data yang tidak mendukung penguatan dolar AS. Sebelumnya, data ketenagakerjaan AS menyebutkan kenaikan gaji per jam selama Februari hanya 0,1%. Lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 0,5%.
Data-data ini seakan mengkonfirmasi bahwa The Federal Reserve/The Fed sepertinya tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Proyeksi kenaikan tiga kali sepanjang 2018 sepertinya masih relevan, sulit untuk naik lebih dari itu karena data-data yang belum mendukung.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Merana Nyaris ke Rp15.000 Lagi, Ini Biang Keroknya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular