Bursa Asia Dibuka Terkoreksi Respons Dinamika Politik AS

Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 March 2018 08:30
Investor tampaknya semakin khawatir dengan kebijakan bea impor yang diterapkan pemerintahan Amerika Serikat.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia pagi ini dibuka melemah pada perdagangan pagi ini. Investor tampaknya semakin khawatir dengan kebijakan bea impor yang diterapkan pemerintahan Amerika Serikat, ditambah lagi Presiden Donald Trump memecat Menteri Luar Negerinya, Rex Tillerson.

Bursa saham Jepang, dibuka terkoreksi 0,94% dimana hampir semua sektor mengalami koreksi. Demikin pula dengan indeks Topix yang terseret turun 0,72%.

Dari pasar saham Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,6% pagi ini. Saham-saham dari sektor manufaktur dan teknologi mendapat tekanan yang menyebabkan saham Samsung Electronic tutun 1,05%.

Dari pasar saham Hong Kong, Indeks Hang Seng terkoreksi 0,9%, demikian pula indeks Shanghai Composite yang turun 0,49% dan indeks Strait Times turun 0,62%.

Dari Wall Street, tiga indeks utama ditutup melemah. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,68%, S&P 500 terkoreksi 0,64%, dan Nasdaq berkurang 1,02%.
 
Bursa Negeri Paman Sam terhempas oleh isu domestik yaitu dicopotnya Menteri Luar Negeri Rex Tillerson. Presiden Donald Trump menggantikan Tillerson dengan Mike Pompeo, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Badan Intelejen Pusat (CIA). Pergantian ini membuat pasar sedikit gusar, karena menebak-nebak bagaimana kebijakan luar negeri AS ke depan setelah pergantian menteri.
 
Selain itu, Wall Street juga terhempas akibat pemberitaan Politico yang menyebutkan Trump akan mengenakan bea masuk baru yang menyasar produk-produk China terkait kekayaan intelektual. Bea masuk tersebut dikabarkan akan keluar pekan depan.
 
Disebutkan bahwa pemerintah AS akan menerapkan bea masuk bagi lebih dari 100 produk China. Akan diatur juga mengenai kemungkinan pembatasan visa bagi warga China atau control yang lebih ketat atas ekspor ke Negeri Tirai Bambu untuk mencegah pencurian kekayaan intelektual.
 
Kedua faktor ini mampu membuat Wall Street mengalami mood swing. Padahal Wall Street dibuka dengan penuh optimisme karena rilis data inflasi yang sesuai perkiraan.
 
Inflasi AS periode Februari tercatat sebesar 0,2% month to month (Mtm) dan 2,2% YoY, sesuai dengan ekspektasi pasar. Investor nampaknya bisa sedikit bernafas lega setelah rangkaian positif data ekonomi AS yang mampu menahan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Sebelumnya, data ketenagakerjaa juga di bawah ekspektasi dengan kenaikan upah per jam yang hanya 0,1%.

Data-data yang akan dirilis pada perdagangan hari ini antara lain rilis data perdagangan ritel China dan indesk penjualan grosir.
(hps) Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular