'Dijaga' BI, Rupiah Bergerak Stabil

Hidayat Setiaji & Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
08 March 2018 09:13
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini dibuka menguat.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini dibuka menguat. Rupiah mulai bergerak stabil, salah satunya karena "dijaga" oleh bank sentral. 

Pada Kamis (8/3/2018), nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka di Rp 13.755/US$. Menguat tipis 0,05% dibanding penutupan hari sebelumnya. Namun setelah dibuka, rupiah cenderung bergerak melemah. 

'Dijaga' BI, Rupiah Bergerak StabilReuters
Setelah pekan lalu melemah cukup dalam hingga sempat menyentuh Rp 13.800/US$, rupiah kemudian bergerak lebih stabil. Hal ini tidak lepas dari intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar valas maupun obligasi negara. 

Intervensi BI menjadi salah satu penyebab penurunan cadangan devisa. Pada Februari 2018 yang tercatat sebesar US$ 128,06 miliar. Turun dibandingkan posisi bulan sebelumnya yaitu US$ 131,98 miliar. 

"Nampaknya BI terus hadir di pasar untuk stabilisasi nilai tukar. Kami memandang cadangan devisa sangat cukup untuk melakukan ini," tutur Febrio Kacaribu, Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI). 

Febrio menambahkan, cadangan devisa yang turun 3% pada Februari menandakan keseriusan BI dalam stabilisasi nilai tukar. Kali terakhir cadangan devisa turun cukup drastis adalah pada pertengahan 2013, yaitu 6%, saat periode taper tantrum. 

"Pertengahan 2011 sampai 2013 adalah masa salah satu masa intervensi BI tang cukup panjang. Waktu itu cadangan devisa turun dari US$ 123 miliar ke US$ 93 miliar selama dua tahun. Rupiah kala itu melemah rata-rata 8,6% per tahun," jelas Febrio. 

Untuk menahan pelemahan rupiah, demikian Febrio, belum dibutuhkan perubahan suku bunga kebijakan BI 7 days reverse repo rate. Sebab, suku bunga acuan merupkan kebijakan yang berdampak luas, berpengaruh ke mana-mana.  

Oleh karena itu, tidak tepat bila pelemahan rupiah diatas dengan kenaikan suku bunga. Intervensi di pasar sudah cukup untuk stabilisasi nilai tukar. 

"BI mungkin akan mempertahankan rupiah dengan arah depresiasi di kisaran 3-4% tahun ini. Suku bunga kebijakan tidak perlu dinaikkan. Sebaiknya intervensi yang terukur dan tepat sasaran adalah yang diperlukan saat ini," paparnya. 

Agar rupiah terapresiasi, lanjut Febrio, yang harus dilakukan adalah menarik dana asing ke Indonesia. Caranya bukan hanya melalui kenaikan suku bunga, tetapi memperbaiki fundamental ekonomi. 

"Tingkat suku bunga kebijakan tidak akan efektif untuk menyetop aliran modal keluar jangka pendek. Yang dpaat menahan atau bahkan menarik lagi aliran modal adalah prospek perekonomian riil. Jadi dalam jangka pendek, memang satu-satunya yang bisa dilakukan oleh BI adalah memasok dolar AS ke pasar dan membeli rupiah," katanya.
(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular