
Bursa Asia Melemah, Tunggu Kelanjutan Kebijakan Tarif Trump
Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 March 2018 08:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Tekanan di pasar saham utama Asia pagi ini masih berlanjut, merespons pelehaman yang masih terjadi di pasar saham utama Amerika Serikat, Wall Street, pekan lalu. Investor masih menunggu tindak lanjut dari wacana pengenaan tarif bea masuk atas baja dan alumunium ke AS, seperti yang diumumkan Presiden Donald Trump akhir pekan lalu.
Indeks Nikkei 225 saat dibuka terkoreksi 0,56%, dimana saham-saham dari perusahaan eksportir menjadi katalis pelemahan bursa saham utama Jepang tersebut. Saham Honda Motor turun 1,28% dan saham Toyota turun 0,36%. Demikian pula saham Sony yang turun 0,65% dan saham Nitendo turun 1,11%.
Demikian pula dengan indeks Kospi, di Korea Selatan, yang terkoreksi 0,23% saat pembukaan. Pelemahan bursa saham Korea dipicu oleh saham-saham seperti, Samsung yang turun 0,96% dan SK Hynix turun 0,65%.
Indeks Hang Seng melemah 0,19, indeks Shanghai Composite turun 0,59% dan indeks Straits Times turun 0,11%.
Selama pekan lalu, bursa saham utama Asia mayoritas terkoreksi. Indeks Hang Seng selama sepekan lalu terkoreksi hingga 2,2%, Nikkei 225 turun 3,2%, CSI300 melemah 1,3%, dan Straits Times berkurang 1,6%.
Demikian pula bursa saham Wall Street, yan tertekan cukup dalam selama perdagangan pekan lalu. Indeks Dow Jones Industrial Indeks (DJIA) turun 3%, S&P 500 terkoreksi 2%, dan Nasdaq melemah 1%.
Pekan lalu memang bukan saat yang indah bagi bursa saham, yang terkena hantaman dari berbagai sisi. Pertama adalah akibat pidato Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed, di depan Kongres Amerika Serikat (AS) yang menyatakan bank sentral akan berupaya untuk mencegah ekonomi Negeri Paman Sam dari bahaya pertumbuhan yang terlalu cepat alias overheating.
Kata-kata ini dibaca oleh pasar sebagai pertanda bahwa The Fed akan cukup agresif dalam mengetatkan kebijakan moneter. Kenaikan suku bunga yang tahun ini diperkirakan terjadi tiga kali berpeluang untuk bertambah menjadi empat kali.
Namun tekanan ini sedikit mereda kala dalam pidato keduanya di depan Senat AS, Powell menegaskan bahwa pihaknya belum melihat tanda-tanda kenaikan tingkat gaji secara signifikan. Artinya, laju inflasi pun kemungkinan sedikit tertahan sehingga pasar melihat ini sebagai sinyal The Fed belum akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.
Lalu pasar saham semakin terpukul akibat rencana pemerintah AS yang akan mengenakan bea masuk bagi impor baja dan alumunium sebesar masing-masing 25% dan 10%. Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa upaya ini dilakukan untuk melindungi kepentingan Negeri Paman Sam.
Kebijakan ini dikhawatirkan dapat memicu perang dagang dalam skala global, karena negara-negara lain mungkin saja akan melakukan "pembalasan". Akibatnya, harga bahan baku baja dan aluminium akan naik dan membebani kinerja banyak perusahaan.
Langkah teranyar Trump pun menuai kritik dari berbagai pihak. Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) juga turut melancarkan kritik dengan menyebut kebijakan AS yang cenderung proteksionis akan berdampak buruk bagi AS sendiri dan negara-negara lain. Apalagi jika negara-negara lain juga melakukan kebijakan serupa dengan dalih yang sama, yaitu melindungi kepentingan industri domestik.
Hari ini pasar saham Asia akan menyimak hasil pemilihan parlemen di Italia. Selain itu, ada sejumlah data ekonomi yang akan diumumkan, diantarnya dara Japan Nikkei Services PMI dan neraca perdagangan Malaysia.
(hps) Next Article Rayakan Imlek, Bursa Jepang & Australia Ditutup Ijo Royo-Royo
Indeks Nikkei 225 saat dibuka terkoreksi 0,56%, dimana saham-saham dari perusahaan eksportir menjadi katalis pelemahan bursa saham utama Jepang tersebut. Saham Honda Motor turun 1,28% dan saham Toyota turun 0,36%. Demikian pula saham Sony yang turun 0,65% dan saham Nitendo turun 1,11%.
Demikian pula dengan indeks Kospi, di Korea Selatan, yang terkoreksi 0,23% saat pembukaan. Pelemahan bursa saham Korea dipicu oleh saham-saham seperti, Samsung yang turun 0,96% dan SK Hynix turun 0,65%.
Selama pekan lalu, bursa saham utama Asia mayoritas terkoreksi. Indeks Hang Seng selama sepekan lalu terkoreksi hingga 2,2%, Nikkei 225 turun 3,2%, CSI300 melemah 1,3%, dan Straits Times berkurang 1,6%.
Demikian pula bursa saham Wall Street, yan tertekan cukup dalam selama perdagangan pekan lalu. Indeks Dow Jones Industrial Indeks (DJIA) turun 3%, S&P 500 terkoreksi 2%, dan Nasdaq melemah 1%.
Pekan lalu memang bukan saat yang indah bagi bursa saham, yang terkena hantaman dari berbagai sisi. Pertama adalah akibat pidato Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed, di depan Kongres Amerika Serikat (AS) yang menyatakan bank sentral akan berupaya untuk mencegah ekonomi Negeri Paman Sam dari bahaya pertumbuhan yang terlalu cepat alias overheating.
Kata-kata ini dibaca oleh pasar sebagai pertanda bahwa The Fed akan cukup agresif dalam mengetatkan kebijakan moneter. Kenaikan suku bunga yang tahun ini diperkirakan terjadi tiga kali berpeluang untuk bertambah menjadi empat kali.
Namun tekanan ini sedikit mereda kala dalam pidato keduanya di depan Senat AS, Powell menegaskan bahwa pihaknya belum melihat tanda-tanda kenaikan tingkat gaji secara signifikan. Artinya, laju inflasi pun kemungkinan sedikit tertahan sehingga pasar melihat ini sebagai sinyal The Fed belum akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan.
Lalu pasar saham semakin terpukul akibat rencana pemerintah AS yang akan mengenakan bea masuk bagi impor baja dan alumunium sebesar masing-masing 25% dan 10%. Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa upaya ini dilakukan untuk melindungi kepentingan Negeri Paman Sam.
Kebijakan ini dikhawatirkan dapat memicu perang dagang dalam skala global, karena negara-negara lain mungkin saja akan melakukan "pembalasan". Akibatnya, harga bahan baku baja dan aluminium akan naik dan membebani kinerja banyak perusahaan.
Langkah teranyar Trump pun menuai kritik dari berbagai pihak. Bahkan Dana Moneter Internasional (IMF) juga turut melancarkan kritik dengan menyebut kebijakan AS yang cenderung proteksionis akan berdampak buruk bagi AS sendiri dan negara-negara lain. Apalagi jika negara-negara lain juga melakukan kebijakan serupa dengan dalih yang sama, yaitu melindungi kepentingan industri domestik.
Hari ini pasar saham Asia akan menyimak hasil pemilihan parlemen di Italia. Selain itu, ada sejumlah data ekonomi yang akan diumumkan, diantarnya dara Japan Nikkei Services PMI dan neraca perdagangan Malaysia.
(hps) Next Article Rayakan Imlek, Bursa Jepang & Australia Ditutup Ijo Royo-Royo
Most Popular