
Bursa Asia Dibuka Anjlok Respons Kebijakan Tarif Trump
Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 March 2018 08:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia pada perdagangan pagi tertekan dalam merespons pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait tarif bea impor untuk baja dan alumunium. Saham-saham produsen baja dan logam terkoreksi dalam, dimana Trump tidak menyebutkan secara spesifik asal negara impor.
Indeks Nikkei 225 saat pembukaan langsung terkoreksi 2,37%, yang dipicu oleh penurunan harga saham produsen-produsen baja. Saham JFE Holding anjlok 2,45%, Nisshin Steel anjlok 2,19% dan Kobe Steel turun 2,59%.
Demikian pula saham-saham perusahan besar Jepang lainnya, ikut terkoreksi. Misalnya saham Honda Motor turun 2,79%, Sony turun 1,74% dan Fanuc turun 2,76%.
Koreksi juga terjadi bursa saham Korea Selatan, dimana indeks Kospi terkoreksi 0,99%, yang dorong oleh penurunan saham-saham berkapitalisasi besar. Saham Samsung tutun 1,32%. Selain itu, saham produsen baja seperti Posco, anjlok 1,94% dan Hyundai Steel turun 2,99%.
Dari pasar saham AS, Wall Street, tren koreksi berlanjut yang diperparah oleh pernyataan Trump. Indeks Dow Jones Industria Average (DJIA) turun 1,68%, S&P 500 melemah 1,33%, dan Nasdaq terkoreksi 1,27%.
Wall Street mendapat serangan bertubi-tubi. Pertama adalah Trump yang akan mengenakan bea masuk bagi impor baja dan alumunium sebesar masing-masing 25% dan 10% demi melindungi industri dalam negeri. Trump menegaskan kebijakan ini akan diumumkan pekan depan.
Pasar mencemaskan hal ini akan menyebabkan biaya impor bahan baku menjadi mahal sehingga membebani kinerja korporasi. Selain itu, pasar juga khawatir langkah ini akan memicu perang dagang karena bukan tidak mungkin negara-negara lain seperti China, Kanada, dan Uni Eropa menerapkan kebijakan serupa.
Serangan kedua adalah dari The Federal Reserve/The Fed. Presiden The Fed New York William Dudley dalam pidatonya dalam sebuah seminar di Sao Paolo (Brasil) mengatakan bukan tidak mungkin akan ada kena empat kali kenaikan suku bunga acuan tahun ini, dan itu dilakukan secara bertahap.
Pelemahan pasar saham juga diikuti pelemahan dolar AS. Penyebabnya adalah pernyataan Trump soal bea masuk untuk baja dan alumunium, yang bisa memicu perang dagang.
Jika sampai perdagangan AS seret, maka pasti akan berpengaruh terhadap pasokan dolar AS sehingga mata uang ini terancam. Potensi ini yang dibaca oleh pasar sehingga greenback terhempas oleh aksi jual.
Pengumuman data ekonomi hari ini di kawasan Asia, diantaranya Inflasi Thailand dan penjualan ritel Hong Kong.
(hps) Next Article Rayakan Imlek, Bursa Jepang & Australia Ditutup Ijo Royo-Royo
Indeks Nikkei 225 saat pembukaan langsung terkoreksi 2,37%, yang dipicu oleh penurunan harga saham produsen-produsen baja. Saham JFE Holding anjlok 2,45%, Nisshin Steel anjlok 2,19% dan Kobe Steel turun 2,59%.
Demikian pula saham-saham perusahan besar Jepang lainnya, ikut terkoreksi. Misalnya saham Honda Motor turun 2,79%, Sony turun 1,74% dan Fanuc turun 2,76%.
Dari pasar saham AS, Wall Street, tren koreksi berlanjut yang diperparah oleh pernyataan Trump. Indeks Dow Jones Industria Average (DJIA) turun 1,68%, S&P 500 melemah 1,33%, dan Nasdaq terkoreksi 1,27%.
Wall Street mendapat serangan bertubi-tubi. Pertama adalah Trump yang akan mengenakan bea masuk bagi impor baja dan alumunium sebesar masing-masing 25% dan 10% demi melindungi industri dalam negeri. Trump menegaskan kebijakan ini akan diumumkan pekan depan.
Pasar mencemaskan hal ini akan menyebabkan biaya impor bahan baku menjadi mahal sehingga membebani kinerja korporasi. Selain itu, pasar juga khawatir langkah ini akan memicu perang dagang karena bukan tidak mungkin negara-negara lain seperti China, Kanada, dan Uni Eropa menerapkan kebijakan serupa.
Serangan kedua adalah dari The Federal Reserve/The Fed. Presiden The Fed New York William Dudley dalam pidatonya dalam sebuah seminar di Sao Paolo (Brasil) mengatakan bukan tidak mungkin akan ada kena empat kali kenaikan suku bunga acuan tahun ini, dan itu dilakukan secara bertahap.
Pelemahan pasar saham juga diikuti pelemahan dolar AS. Penyebabnya adalah pernyataan Trump soal bea masuk untuk baja dan alumunium, yang bisa memicu perang dagang.
Jika sampai perdagangan AS seret, maka pasti akan berpengaruh terhadap pasokan dolar AS sehingga mata uang ini terancam. Potensi ini yang dibaca oleh pasar sehingga greenback terhempas oleh aksi jual.
Pengumuman data ekonomi hari ini di kawasan Asia, diantaranya Inflasi Thailand dan penjualan ritel Hong Kong.
(hps) Next Article Rayakan Imlek, Bursa Jepang & Australia Ditutup Ijo Royo-Royo
Most Popular