
Schroders: Rupiah Melemah Emiten Bergantung Impor Tertekan
Monica Wareza, CNBC Indonesia
01 March 2018 18:31

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Schroders Investment Management Indonesia menyebutkan emiten yang mengandalkan bahan baku impor akan mengalami peningkatan pembiayaan jika rupiah terus mengalami melemah. Apalagi biaya lindung nilai (hedging) tidak murah membuat kinerja keuangan emiten tersebut akan terbebani.
Executive Vice President Intermediary Business Schroders M Renny Raharja mengatakan pergerakan pelemahan rupiah tidak menguntungkan emiten-emiten yang membiayai operasional dan bahan baku dengan mata uang dolar.
"Kalau barang-barangnya impor kan berarti cost-nya naik, apalagi kan kalau posisi hedging itu tidak murah ya makanya banyak pengusaha-pengusaha sekarang pusing harus ambil bahan baku impor dengan harga segini jadinya bingung," kata Renny di Kantor Schroders, Jakarta, Kamis (1/3).
Sebaliknya, lanjut Reeny, perusahaan dengan pendapatan berbasis dolar justru akan diuntungkan dengan kondisi ini. Dengan demikian, saham saham dari emiten ini menjadi layak untuk dikoleksi.
Penguatan dolar yang berlanjut membuat beberapa mata uang regional Asia, termasuk Indonesia mengalami pelemahan. Bahkan pagi ini rupiah nyaris menembus level Rp 13.800/dolar AS.
Penguatan dolar ini menyusul pidato pimpinan bank sentral Amerika Serikat Jerome Powell yang mengatakan The Fed akan terus menjaga perekonomian Amerika agar tidak menguat terlalu cepat (overheating).
Pasar memperkirakan Jerome telah memberikan sinyal akan terjadi kenaikan suku bunga hingga empat kali di tahun ini. Hal ini berdampak pada pelaku pasar yang beramai-ramai menyelamatkan asetnya dari instrumen yang beresiko kepada jenis instrumen yang lebih amanI, seperti obligasi negara AS atau dolar AS. Pasar saham mengalami pelemahan namun dolar semakin berotot.
(hps) Next Article Ini Saham yang Dihindari Saat Rupiah Melemah
Executive Vice President Intermediary Business Schroders M Renny Raharja mengatakan pergerakan pelemahan rupiah tidak menguntungkan emiten-emiten yang membiayai operasional dan bahan baku dengan mata uang dolar.
"Kalau barang-barangnya impor kan berarti cost-nya naik, apalagi kan kalau posisi hedging itu tidak murah ya makanya banyak pengusaha-pengusaha sekarang pusing harus ambil bahan baku impor dengan harga segini jadinya bingung," kata Renny di Kantor Schroders, Jakarta, Kamis (1/3).
Penguatan dolar yang berlanjut membuat beberapa mata uang regional Asia, termasuk Indonesia mengalami pelemahan. Bahkan pagi ini rupiah nyaris menembus level Rp 13.800/dolar AS.
Penguatan dolar ini menyusul pidato pimpinan bank sentral Amerika Serikat Jerome Powell yang mengatakan The Fed akan terus menjaga perekonomian Amerika agar tidak menguat terlalu cepat (overheating).
Pasar memperkirakan Jerome telah memberikan sinyal akan terjadi kenaikan suku bunga hingga empat kali di tahun ini. Hal ini berdampak pada pelaku pasar yang beramai-ramai menyelamatkan asetnya dari instrumen yang beresiko kepada jenis instrumen yang lebih amanI, seperti obligasi negara AS atau dolar AS. Pasar saham mengalami pelemahan namun dolar semakin berotot.
(hps) Next Article Ini Saham yang Dihindari Saat Rupiah Melemah
Most Popular