Dolar Sempat Sentuh Rp 13.800, Ini Dampaknya ke APBN

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 March 2018 15:23
Sejak awal tahun sampai hari ini, rupiah masih bertahan di atas asumsi dalam APBN 2018.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih bergerak di kisaran Rp 13.700/US$ pada perdagangan hari ini. Sejak awal tahun sampai hari ini, rupiah masih bertahan di atas asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018.

Pada Kamis (1/3/2018) pukul 14.00 WIB di pasar spot, nilai tukar rupiah berada di Rp 13.770/US$. Menguat 0,14% dibandingkan saat pembukaan pasar tadi pagi, tetapi masih melemah 0,22% dibandingkan penutupan kemarin. 

Reuters
Sepanjang tahun ini volatilitas rupiah cukup tinggi. Dalam 3 bulan terakhir, volatilitas rupiah adalah 3,43%. 

Rata-rata nilai tukar rupiah selama 2018 sampai 1 Maret adalah Rp 13.485/US$. Sementara dalam APBN 2018, pemerintah mematok asumsi nilai tukar di Rp 13.400/US$. 

Reuters
Berdasarkan analisis sensitivitas dalam APBN 2018, setiap kali rupiah melemah rata-rata Rp 100/US$ setahun maka akan menambah beban anggaran sebesar Rp 1-5-1,6 triliun. Tambahan penerimaan negara tidak mampu menutup kenaikan belanja. 

Salah satu pos belanja negara yang sensitif terhadap nilai tukar adalah subsidi. Meski sudah ada reformasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada 2015, tetapi masih ada yang tersisa yaitu subsidi tetap terhadap minyak diesel (solar) dan elpiji tiga kilogram. 

Parameter lain yang mempengaruhi subsidi tersebut adalah harga minyak Indonesia atau ICP. Sampai akhir Februari, realisasi ICP rata-rata adalah US$ 61,61/barel. Agak jauh di atas asumsi APBN 2018 yaitu US$ 48/barel. 

Kenaikan harga minyak sekarang justru berdampak positif bagi APBN, karena subsidi energi sudah jauh berkurang. Sehingga setiap kenaikan ICP rata-rata US$ 1/barel selama setahun, maka bisa menambah anggaran Rp 0,3-1 triliun. 

Bila harga ICP rata-rata saat ini bertahan sampai akhir tahun, maka APBN 2018 akan berdapat "untung" Rp 4,08-13,61 triliun. Sementara jika rata-rata kurs yang sekarang bertahan sampai akhir tahun, maka APBN 2018 akan menerima beban tambahan sebesar Rp 1,5-1,6 triliun. Secara netto, dampaknya masih positif atau surplus. 

Artinya dengan situasi yang sekarang, sebenarnya belum ada tekanan terhadap anggaran negara. Namun bukan berarti pemerintah bisa mengendurkan kewaspadaan. 

Pasalnya, volatilitas rupiah masih akan cukup tinggi dalam beberapa waktu ke depan. Mengutip Reuters, sampai setahun ke depan volatilitas rupiah cenderung bergerak naik. Bila rupiah melemah lebih lanjut, maka bisa saja membuat anggaran negara terbeban. 

Berikut gambaran proyeksi volatilitas rupiah dalam beberapa waktu mendatang:

- 1 pekan: 5,65%.
1 bulan: 5,75%.
- 2 bulan: 6,15%.
3 bulan: 6,2%.
6 bulan: 6,85%.
9 bulan: 7,25%.
1 tahun: 7,75%.
(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular