
Pidato Bos The Fed Bawa Rupiah ke Rp 13.750/US$
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 February 2018 16:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terus bergerak melemah sepanjang hari ini. Saat penutupan pasar, nilai tukar rupiah mencapai Rp 13.750/US$.
Pada Rabu (28/2/2018) pukul 16.00 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot tercatat Rp 13.750/US$. Melemah 0,36% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.
Rupiah mungkin saja melemah lebih dalam jika Bank Indonesia (BI) tidak melakukan intervensi di pasar. Bahkan BI melakukan intervensi di dua pasar, yaitu valas dan Surat Berharga Negara (SBN).
"BI terus memonitor perkembangan situasi global dan telah melakukan langkah-langkah stabilisasi di pasar valas dan pasar SBN. Ini agar volatilitas rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamentalnya," ungkap Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Doddy Zulverdi.
Pelemahan mata uang memang menjadi isu global, karena dolar AS begitu perkasa hari ini. Dollar Index, yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama, bergerak menguat.
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS:
Greenback tengah memperoleh kembali momentumnya setelah pidato perdana Gubernur The Federal Reserve/The Fed, Jerome Powell.
"The Fed akan terus menyeimbangkan antara mencegah ekonomi menjadi overheating dengan mendorong inflasi ke 2% secara berkelanjutan," kata Powell dalam pidatonya.
Kalimat tersebut dibaca pasar bahwa kebijakan moneter The Fed akan bias ketat, karena ada kalimat "mencegah overheating". Apalagi Powell juga menegaskan perkembangan ekonomi Negeri Paman Sam semakin membaik.
"Perkembangan yang terjadi sejak rapat Desember akan menjadi perhatian dan menjadi pijakan dalam kebijakan suku bunga yang baru. Kita melihat berbagai data, dan menurut saya akan menambah kepercayaan bahwa inflasi bergerak menuju targetnya. Kita juga melihat penguatan di berbagai sektor dan kebijakan fiskal pun semakin stimulatif," papar Powell.
Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, mengatakan pasar menilai pernyataan Powell merupakan wujud optimisme. Oleh karena itu, ada perkiraan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sampai empat kali sepanjang tahun ini.
"Optimisme Powell diperkuat oleh ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS yg meningkat pada tahun ini, peningkatan ekspektasi inflasi serta penguatan di sektor tenaga kerja. Faktor-faktor ini mengindikasikan bahwa The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga 75-100 basis poin pada tahun ini," jelasnya.
Ekspektasi pasar tersebut, lanjut Josua, mendorong sentimen risk off di pasar keuangan global yang mendorong koreksi di pasar saham AS serta kenaikan imbal hasil (yield) obligasi negara AS yang akhirnya mendorong penguatan Dollar Index.
"Penguatan Dollar Index dan kenaikan yield US Treasury Bonds ini yang mendorong pelemahan nilai tukar rupiah," sebut Josua.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Daftar 10 Mata Uang Terendah di Dunia, Salah Satunya Rupiah?
Pada Rabu (28/2/2018) pukul 16.00 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot tercatat Rp 13.750/US$. Melemah 0,36% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya.
![]() |
Pelemahan mata uang memang menjadi isu global, karena dolar AS begitu perkasa hari ini. Dollar Index, yang menggambarkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama, bergerak menguat.
![]() |
![]() |
"The Fed akan terus menyeimbangkan antara mencegah ekonomi menjadi overheating dengan mendorong inflasi ke 2% secara berkelanjutan," kata Powell dalam pidatonya.
Kalimat tersebut dibaca pasar bahwa kebijakan moneter The Fed akan bias ketat, karena ada kalimat "mencegah overheating". Apalagi Powell juga menegaskan perkembangan ekonomi Negeri Paman Sam semakin membaik.
"Perkembangan yang terjadi sejak rapat Desember akan menjadi perhatian dan menjadi pijakan dalam kebijakan suku bunga yang baru. Kita melihat berbagai data, dan menurut saya akan menambah kepercayaan bahwa inflasi bergerak menuju targetnya. Kita juga melihat penguatan di berbagai sektor dan kebijakan fiskal pun semakin stimulatif," papar Powell.
Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, mengatakan pasar menilai pernyataan Powell merupakan wujud optimisme. Oleh karena itu, ada perkiraan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sampai empat kali sepanjang tahun ini.
"Optimisme Powell diperkuat oleh ekspektasi pertumbuhan ekonomi AS yg meningkat pada tahun ini, peningkatan ekspektasi inflasi serta penguatan di sektor tenaga kerja. Faktor-faktor ini mengindikasikan bahwa The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga 75-100 basis poin pada tahun ini," jelasnya.
Ekspektasi pasar tersebut, lanjut Josua, mendorong sentimen risk off di pasar keuangan global yang mendorong koreksi di pasar saham AS serta kenaikan imbal hasil (yield) obligasi negara AS yang akhirnya mendorong penguatan Dollar Index.
"Penguatan Dollar Index dan kenaikan yield US Treasury Bonds ini yang mendorong pelemahan nilai tukar rupiah," sebut Josua.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Daftar 10 Mata Uang Terendah di Dunia, Salah Satunya Rupiah?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular