Rupiah Sepertinya Bakal Bergejolak Sampai Setahun

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 February 2018 12:50
Nilai tukar rupiah menjadi salah satu korban keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS).
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menjadi salah satu korban keperkasaan dolar Amerika Serikat (AS). Greenback sedang mendapat angin segar setelah pidato Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed. 

Investor membaca pernyataan Powell sebagai pertanda kebijakan moneter ultra ketat sudah di depan mata. Sebab, Powell menegaskan The Fed tidak akan membiarkan ekonomi Negeri Paman Sam mengalami overheating. Kemungkinan kenaikan suku bunga lebih dari tiga kali pun diantisipasi oleh investor. 

Oleh karena itu, pasar harus siap dengan volatilitas nilai tukar setiap kali The Fed akan menaikkan suku bunga. Jika kenaikannya tiga kali, maka bersiap akan ada dua kali periode volatilitas nilai tukar dua kali lagi (dengan catatan The Fed menaikkan suku bunga bulan depan). Kalau sampai empat kali, ya berarti masih ada sisa tiga periode volatilitas lagi... 

Periode volatilitas ini saja sudah berhasil membuat rupiah melemah ke titik terdalam sejak Maret 2016. Hari ini, nilai tukar rupiah sudah menyentuh level Rp 13.700/dolar AS. 

Reuters
Sampai kapan rupiah akan naik-turun cenderung melemah seperti ini?  

David Sumual, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), mengatakan periode seperti ini bersifat temporer. Namun memang akan terus terjadi setiap kali AS diperkirakan menaikkan suku bunga. Setelah itu, pasar akan kembali tenang dan kembali melihat data-data yang bersifat lebih fundamental.  

"Market melihat ada kemungkinan Fed menaikkan bunga dari tiga kali menjadi empat kali pada tahun ini. Tapi saya pikir ini temporer. Dalam jangka pendek, pelaku pasar akan kembali melihat data-data," jelas David. 

Namun bisa melihat data Reuters, tingkat volatilitas rupiah masih akan tetap meningkat sampai setahun ke depan. Bahkan dalam setahun ke depan volatilitas rupiah mencapai titik tertingginya yaitu 7,65%. 

Reuters
Misalnya pergerakan dolar Singapura. Dalam jangka pendek, mata uang ini punya volatilitas yang lebih parah dari rupiah. Tetapi selepas tiga bulan, dolar Singapura cenderung stabil. 

Kemudian ringgit Malaysia. Sama dengan dolar Singapura, dalam jangka pendek volatilitas mata uang Negeri Jiran lebih tinggi dari rupiah. Namun setelah sembilan bulan, volatilitasnya mulai melambat meski masih relatif tinggi. 

Lalu baht Thailand. Selepas krisis keuangan Asia (yang juga berdampak dahyat bagi Indonesia), Negeri Gajah Putih memang serius berbenah termasuk memperkuat sisi moneter. Mata uang baht kini menjadi salah satu yang paling stabil, meski Thailand kerap dilanda gejolak politik.
(aji/wed) Next Article Penampakan di Money Changer, Saat Rupiah di Atas 14.800/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular