
Sentuh Rp 13.705/Dolar AS, Rupiah Terlemah Sejak Mei 2016
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 February 2018 08:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) mendapat momentum penguatan setelah pidato perdana Gubenur The Federal Reserve/The Fed. Rupiah pun diperkirakan masih akan melemah pada perdagangan hari ini.
Pada Rabu (28/2/2018) pukul 08.05 WIB, Dollar Index berada di posisi 90,41 poin atau naik 0,06%. Dalam sebulan terakhir, indeks yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia tersebut sudah menguat 1,21%.
Sementara selama Februari saja, Dollar Index sudah bertambah 1,41%. Namun sejak awal 2018, Dollar Index masih mencatatkan pelemahan 1,88%. Lalu dalam setahun terakhir Dollar Index terkoreksi 10,61%.
Dolar AS mendapat energi baru seiring pidato Powell. Dalam pidatonya, Powell menyatakan bahwa Negeri Paman Sam mengalami perkembangan ekonomi yang sangat positif baik dari segi inflasi, ketenagakerjaan, sampai kebijakan fiskal.
"Perkembangan yang terjadi sejak rapat Desember akan menjadi perhatian dan menjadi pijakan dalam kebijakan suku bunga yang baru. Kita melihat berbagai data, dan menurut saya akan menambah kepercayaan bahwa inflasi bergerak menuju targetnya. Kita juga melihat penguatan di berbagai sektor dan kebijakan fiskal pun semakin stimulatif," papar Powell.
Dolar AS pun terimbas dampaknya, dengan mencatatkan apresiasi. Greenback memang membutuhkan kenaikan suku bunga untuk menjangkar inflasi mata uang tersebut. Kenaikan suku bunga yang lebih dari perkiraan akan semakin menambah energi bagi dolar AS untuk menguat.
Bagaimana nasib rupiah? Hari ini sepertinya rupiah masih akan melanjutkan pelemahannya. Bahkan saat dolar AS melandai kemarin pun rupiah tidak mampu memanfaatkannya dengan penguatan.
Di pasar spot pada pukul 08.20 WIB, nilai tukar rupiah sudah menembus level Rp 13.700/dolar AS tepatnya Rp 13.705/dolar AS. Ini merupakan titik terlemah sejak Mei 2016.
Mengutip Reuters, analisis Bollinger Band menunjukkan rupiah bisa melemah lebih lanjut dan bahkan berpotensi menyentuh Rp 13.750/dolar AS.
Pasalnya dari dalam negeri pun belum ada sentimen yang bisa memperkuat rupiah. Arus modal masuk ke Indonesia bisa dibilang masih agak seret. Selama sebulan terakhir, nilai jual bersih investor asing di pasar saham mencapai Rp 12,43 triliun. Sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN), kepemilikan asing dalam periode yang sama turun Rp 8,23 triliun.
Sepertinya situasi risk on dan risk off ini masih akan bertahan selama pasar keuangan global masih penuh ketidakpastian. Kini pasar keuangan dunia tengah menuju titik keseimbangan baru dengan suku bunga yang lebih tinggi.
(aji/roy) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Pada Rabu (28/2/2018) pukul 08.05 WIB, Dollar Index berada di posisi 90,41 poin atau naik 0,06%. Dalam sebulan terakhir, indeks yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia tersebut sudah menguat 1,21%.
Sementara selama Februari saja, Dollar Index sudah bertambah 1,41%. Namun sejak awal 2018, Dollar Index masih mencatatkan pelemahan 1,88%. Lalu dalam setahun terakhir Dollar Index terkoreksi 10,61%.
![]() |
"Perkembangan yang terjadi sejak rapat Desember akan menjadi perhatian dan menjadi pijakan dalam kebijakan suku bunga yang baru. Kita melihat berbagai data, dan menurut saya akan menambah kepercayaan bahwa inflasi bergerak menuju targetnya. Kita juga melihat penguatan di berbagai sektor dan kebijakan fiskal pun semakin stimulatif," papar Powell.
Dolar AS pun terimbas dampaknya, dengan mencatatkan apresiasi. Greenback memang membutuhkan kenaikan suku bunga untuk menjangkar inflasi mata uang tersebut. Kenaikan suku bunga yang lebih dari perkiraan akan semakin menambah energi bagi dolar AS untuk menguat.
Bagaimana nasib rupiah? Hari ini sepertinya rupiah masih akan melanjutkan pelemahannya. Bahkan saat dolar AS melandai kemarin pun rupiah tidak mampu memanfaatkannya dengan penguatan.
Di pasar spot pada pukul 08.20 WIB, nilai tukar rupiah sudah menembus level Rp 13.700/dolar AS tepatnya Rp 13.705/dolar AS. Ini merupakan titik terlemah sejak Mei 2016.
Mengutip Reuters, analisis Bollinger Band menunjukkan rupiah bisa melemah lebih lanjut dan bahkan berpotensi menyentuh Rp 13.750/dolar AS.
![]() |
Sepertinya situasi risk on dan risk off ini masih akan bertahan selama pasar keuangan global masih penuh ketidakpastian. Kini pasar keuangan dunia tengah menuju titik keseimbangan baru dengan suku bunga yang lebih tinggi.
(aji/roy) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular