
Terkendala Cuaca, Laba SULI Turun 76,26% Jadi Rp 19,86 M
Roy Franedya, CNBC Indonesia
27 February 2018 19:49

Jakarta, CNBC Indonesia - PT SLJ Global Tbk (SULI) mencatatkan kinerja keuangan yang menggembirakan pada 2017. Laba bersih 2017 mengalami penurunan sebesar 76,26% menjadi US$1,46 juta atau setara Rp 19,86 miliar (asumsi US$1 = Rp 13.600).
Berdasarkan laporan tahunan 2017 yang disampaikan manajemen ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada selasa (27/2/2018), penurunan dikarenakan pendapatan usaha tidak mencapai target. Pendapatan usaha SULI pada 2017 sebesar US$65,92 juta atau setara 78,57% dari target tahun 2017 seebsar US$83,9 juta. Pendapatan usaha 2017 lebih rendah 10,58% dari pendapatan usaha 2016 sebesar US$73,72 juta.
Turunnya pendapatan usaha karena faktor cuaca yang tidak mendukung sepanjang 2017 lalu yang membuat target produksi tidak tercapai. Total produks unit usaha pengelolaan dan pemanfaatan kayu alam mengalami penurunan total volume produksi menjadi 98.887 m3 dari target 140.000 m3.
Produksi Plywood (Divisi Plymill) tidak mencapai target volume produksi/penjualan sebesar 130.000 m3 karena volume yang dihasilkan sebesar 101.505 m3 dengan total penjualan (sales) sebesar 104.066 m3 sepanjang tahun 2017 karena keterbatasan pasokan kayu bulat.
Sedangkan untuk unit usaha power plant (pembangkit listrik) menghasilkan daya produksi sebesar 104 juta kWh menurun dibandingkan total rencana yang telah dicanangkan pada tahun 2017 yakni sebesar 164 juta kWh. Pada tahun ini manajemen sudah mencanangkan beberapa target. Yakni, volume produksi dan penjualan plywood ditargetkan sebesar 135.000 m3. Target ini disesuaikan dengan masih adanya kelangkaan pasokan bahan baku yang masih akan berlanjut.
Sisi lain kelangkaan ini adalah harga kayu tetap yang tetap tinggi. Hal ini akan membuat penjualan lebih tinggi. Manajemen SULI memproyeksikan harga jual rata-rata akan terus naik dan berkisar di US$ 611 per m3 tahun ini. Ini lebih tinggi dari realisasi rata-rata harga jual tahun 2017 yaitu sebesar US$ 554 per m3.
Pada tahun ini manajemen akan tetap mengandalkan produk kayu lapis dan kayu lapos olahan. Unit Power Plant diharapkan akan kembali maksimal memberikan pendapatan.
Manajemen mengungkapkan pencapaian target tersebut sangat tergantung pada modal. kerja dan terpenuhinya pengeluaran modal untuk mengganti mesin-mesin yang tidak efisien serta tak terjadi hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja usaha perseroan.
"Untuk memperkuat/ meningkatkan working capital perseroan, maka jika kondisi memungkin perusahaan akan mengadakan rights issue," ujar Amir Sunarko, Presiden Direktur SULI.
Pada penutupan perdagangan hari ini (27/2/2018), harga saham SULI diperdagangkan Rp 188/saham atau turun 3,59% dari hari sebelumnya. Harga saham SULI diperdagangkan 270 kali dengan volume transaksi 7,23 juta saham.
(roy/roy) Next Article Uji Prospek Saham Baru Anggota LQ45 & IDX30
Berdasarkan laporan tahunan 2017 yang disampaikan manajemen ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada selasa (27/2/2018), penurunan dikarenakan pendapatan usaha tidak mencapai target. Pendapatan usaha SULI pada 2017 sebesar US$65,92 juta atau setara 78,57% dari target tahun 2017 seebsar US$83,9 juta. Pendapatan usaha 2017 lebih rendah 10,58% dari pendapatan usaha 2016 sebesar US$73,72 juta.
Turunnya pendapatan usaha karena faktor cuaca yang tidak mendukung sepanjang 2017 lalu yang membuat target produksi tidak tercapai. Total produks unit usaha pengelolaan dan pemanfaatan kayu alam mengalami penurunan total volume produksi menjadi 98.887 m3 dari target 140.000 m3.
Sedangkan untuk unit usaha power plant (pembangkit listrik) menghasilkan daya produksi sebesar 104 juta kWh menurun dibandingkan total rencana yang telah dicanangkan pada tahun 2017 yakni sebesar 164 juta kWh. Pada tahun ini manajemen sudah mencanangkan beberapa target. Yakni, volume produksi dan penjualan plywood ditargetkan sebesar 135.000 m3. Target ini disesuaikan dengan masih adanya kelangkaan pasokan bahan baku yang masih akan berlanjut.
Sisi lain kelangkaan ini adalah harga kayu tetap yang tetap tinggi. Hal ini akan membuat penjualan lebih tinggi. Manajemen SULI memproyeksikan harga jual rata-rata akan terus naik dan berkisar di US$ 611 per m3 tahun ini. Ini lebih tinggi dari realisasi rata-rata harga jual tahun 2017 yaitu sebesar US$ 554 per m3.
Pada tahun ini manajemen akan tetap mengandalkan produk kayu lapis dan kayu lapos olahan. Unit Power Plant diharapkan akan kembali maksimal memberikan pendapatan.
Manajemen mengungkapkan pencapaian target tersebut sangat tergantung pada modal. kerja dan terpenuhinya pengeluaran modal untuk mengganti mesin-mesin yang tidak efisien serta tak terjadi hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja usaha perseroan.
"Untuk memperkuat/ meningkatkan working capital perseroan, maka jika kondisi memungkin perusahaan akan mengadakan rights issue," ujar Amir Sunarko, Presiden Direktur SULI.
Pada penutupan perdagangan hari ini (27/2/2018), harga saham SULI diperdagangkan Rp 188/saham atau turun 3,59% dari hari sebelumnya. Harga saham SULI diperdagangkan 270 kali dengan volume transaksi 7,23 juta saham.
(roy/roy) Next Article Uji Prospek Saham Baru Anggota LQ45 & IDX30
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular