Dolar AS dalam Posisi Bertahan, Rupiah Bisa Menguat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 February 2018 09:05
Greenback tengah dalam posisi bertahan menanti sentimen baru, yaitu pidato Gubernur The Federal Reserve/The Fed, Jerome Powell.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melandai pada pagi ini. Greenback tengah dalam posisi bertahan menanti sentimen baru, yaitu pidato Gubernur The Federal Reserve/The Fed, Jerome Powell, pekan ini. 

Mengutip Reuters, pada Senin (26/2/2018) pukul 08.30 WIB Dollar Index tercatat turun tipis 0,02% ke posisi 89,86. Selama sepekan terakhir, indeks yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia ini menguat 0,18%. 

Sementara sepanjang bulan ini, Dollar Index masih menguat 0,83%. Namun selama 2018, Dollar Index masih melemah 2,44%. 

Dolar AS dalam Posisi Bertahan, Rupiah Bisa MenguatReuters
Dolar AS sepertinya tengah dalam posisi menunggu. Selasa waktu AS, Powell akan berpidato di Capitol Hill untuk memaparkan perkembangan perekonomian terkini dan arah kebijakan bank sentral. 

Pasar akan menantikan pandangan Powell mengenai ekspektasi inflasi ke depan, yang akan menentukan sikap (stance) kebijakan The Fed. Powell diperkirakan tidak akan banyak mengubah kebijakan pendahulunya, Janet Yellen, dan akan tetap menjalankan kebijakan moneter yang bias ketat plus normalisasi neraca bank sentral. 

Sementara dolar AS dalam posisi defensif, pasar saham justru melaju kencang. Pada perdagangan akhir pekan lalu, Indeks Dow Jones naik 1,39% ke 25.309,99. Lalu S&P 500 ditutup menguat 1,6% menjadi 2.747,30 dan Nasdaq bertambah 1,77% ke 7.337,39. 

Awalnya investor mencemaskan The Fed akan agresif dalam menaikkan suku bunga acuan, mengingat laju inflasi Negeri Paman Sam yang terus terakselerasi. Namun pandangan tersebut memudar setelah Presiden The Fed St Louis James Bullard yang menyebutkan kenaikan suku bunga yang agresif membuat kebijakan The Fed terbatas. Oleh karena itu, Bullard memperkirakan kenaikan suku bunga acuan tahun ini tidak akan mencapai 120 basis poin. 

Pada akhir pekan lalu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun telah turun ke 2,875% setelah beberapa hari sebelumnya mampu mencatat rekor tertinggi dalam empat tahun terakhir yaitu sebesar 2,94%. Turunnya imbal hasil obligasi AS mungkin merupakan sebuah pertanda bahwa kenaikan suku bunga acuan oleh the Federal Reserve telah usai dimasukkan dalam perhitungan (priced-in) pelaku pasar. Hal ini lantas memberikan kesempatan bagi bursa saham dunia, termasuk bursa regional, untuk kembali menguat.

Namun perkembangan ini membuat penguatan dolar AS tertahan. Bagaimanapun, greenback membutuhkan kenaikan suku bunga sebagai modal untuk terapresiasi.
 

Tertahannya dolar AS memberi jalan bagi rupiah untuk menguat. Pada pukul 08.45 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot tercatat Rp 13.653/dolar AS. Menguat sedikit dibandingkan posisi pukul 08.00 WIB yaitu di Rp 13.655/dolar AS. 

Dolar AS dalam Posisi Bertahan, Rupiah Bisa MenguatReuters
Apabila dolar AS terus dalam posisi seperti sekarang, maka terbuka peluang penguatan rupiah lebih lanjut. Apalagi secara year to date (YtD), rupiah masih melemah 0,07% terhadap greenback sementara mata uang Asia lainnya cenderung menguat. 

Secara YtD, yen Jepang telah menguat 0,28%. Sementara dolar Singapura menguat 0,04%, ringgit Malaysia bertambah 0,23%, dan baht Thailand naik 0,03%. 

Dolar AS dalam Posisi Bertahan, Rupiah Bisa MenguatReuters
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular