Pasar Saham Asia Memulai Pekan Ini dengan Optimisme

Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 February 2018 08:42
Investor di kawasa tampaknya akan memulai perdagangan pekan ini dengan optimisme tinggi.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham asia pada pembukaan perdagangan pagi ini mayoritas menguat, setelah pasar saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pekan lalu ditutup menguat cukup tinggi. Investor di kawasa tampaknya akan memulai perdagangan pekan ini dengan optimisme tinggi.

Indeks Nikkei 225 saat pembukaan naik 1,34% yang ditopang saham-saham teknologi, keuangan dan produsen otomotif. Saham SoftBank naik 1,79% dan Fast Retailing naik 1,34%.

Indeks Kospi juga dibuka menguat pada awal perdagangan sebesar 0,42%. Saham dari sektor teknologi juga jadi penopang penguatan pasar saham Korea Selatan. Dimana saham Samsung Electronic menguat 0,42%, setelah meluncurkan produk smartphone baru Galaxy S9.

Sementara itu, bursa saham Wall Street melanjutkan penguatannya pada penutupan perdagangan akhir pekan. Indeks Dow Jones naik 1,39% ke 25.309,99. Lalu S&P 500 ditutup menguat 1,6% menjadi 2.747,30 dan Nasdaq bertambah 1,77% ke 7.337,39.
 
Indeks Dow Jones dan S&P 500 berhasil menyelesaikan pekan ini dengan menorehkan performa mingguan yang positif, dengan masing-masing tercatat menguat 0,4% dan 0,6%. Meskipun demikian, dalam sepekan lalu Wall Street masih terlihat bergerak dengan volatilitas yang tinggi.

Volatilitas Wall Street yang tinggi memang terjadi lantaran investor akhir-akhir ini merasa gelisah tentang pertumbuhan ekonomi yang berjalan terlalu panas dan apakah kondisi tersebut dapat menyebabkan The Fed menaikkan tingkat suku bunga lebih agresif dari yang direncanakan.
 
Pada akhir pekan lalu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun telah menurun ke 2,875% setelah beberapa hari sebelumnya mampu mencatat rekor tertinggi dalam 4 tahun yang sebesar 2,94%. Turunnya imbal hasil obligasi AS mungkin merupakan sebuah pertanda bahwa kenaikan suku bunga acuan secara agresif oleh the Federal Reserve telah usai dimasukkan dalam perhitungan (priced-in) pelaku pasar. Hal ini lantas memberikan kesempatan bagi bursa saham dunia, termasuk bursa regioanal, untuk kembali menguat.
 
Menurunnya imbal hasil obligasi AS turut dipicu oleh pernyataan Presiden The Fed St Louis James Bullard yang menyebutkan kenaikan suku bunga yang agresif membuat kebijakan The Fed terbatas. Oleh karena itu, Bullard memperkirakan kenaikan suku bunga acuan tahun ini tidak akan mencapai 120 basis poin.

Hari ini sejumlah data dari kawasan Asia yang akan menjadi perhatian diantaranya, Singapore Industrial Production dan Taiwan Unemployment Rate.
(hps) Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular