
Risalah The Fed Jadi Pemicu Koreksi Pasar Saham Asia
Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
22 February 2018 08:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa utama Asia pada perdagangan pagi ini terkoreksi mengikuti pasar saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, yang pada dini hari tadi turun dibandingkan perdagangan hari sebelumnya. Pernyataan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang menegaskan akan menaikkan suku bunga setelah menyimak pertumbuhan ekonomi dan inflasi.
Pernyataan The Fed tersebut masih menimbulkan reaksi negatif bagi para investor, termasuk di pasar saham Asia. Bursa saham Jepang pada awal pembukaan perdagangan langsung terkoreksi dalam, dimana indeks Nikkei turun 1,21%. Demikian pula dengan pasar saham Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,55%.
Demikian pula dengan pasar saham di Singapura, dimana indeks Strait Time turun 0,44%.
Dari Wall Street, bursa saham Negeri Paman Sam kembali terkoreksi merespon rilis minutes meeting (risalah) rapat The Fed membuat pasar semakin yakin bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga, yang menyebabkan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS naik ke level tertinggi dalam empat tahun.
Indeks Dow Jones turun 0,67% ke 24.797,78 poin. Sementara S&P 500 terkoreksi 0,55% menjadi 2.701,33 poin dan Nasdaq melemah 0,22% ke 7.218,23 poin.
“Para anggota sepakat bahwa penguatan kinerja ekonomi dalam jangka pendek membuat kenaikan Federal Funds Rate secara bertahap sudah kayak. Hampir seluruh peserta rapat memperkirakan inflasi akan mengarah ke kisaran 2% dalam jangka menengah seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang di atas ekspektasi dan pasar tenaga kerja yang kuat,” sebut The Fed dalam risalahnya.
Rilis risalah ini langsung membuat yield obligasi pemerintah AS melonjak. Yield untuk obligasi tenor 10 tahun naik ke 2,94% dari 2,89% pada Rabu malam yang memicu gelombang perpindahan dana dari pasar saham. Kenaikan suku bunga acuan menjadi semakin nyata sehingga investor memilih untuk mengamankan dananya di aset yang aman.
Untuk perdagangan hari ini, sentimen dari Negeri Paman Sam mau tidak mau dan suka tidak suka akan terasa di lantai bursa Asia termasuk Indonesia. Pelemahan Wall Street dan perpindahan dana ke pasar obligasi akan menjadi sentimen negatif perdagangan saham di kawasan Asia hari ini.
(hps) Next Article Rayakan Imlek, Bursa Jepang & Australia Ditutup Ijo Royo-Royo
Pernyataan The Fed tersebut masih menimbulkan reaksi negatif bagi para investor, termasuk di pasar saham Asia. Bursa saham Jepang pada awal pembukaan perdagangan langsung terkoreksi dalam, dimana indeks Nikkei turun 1,21%. Demikian pula dengan pasar saham Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,55%.
Demikian pula dengan pasar saham di Singapura, dimana indeks Strait Time turun 0,44%.
Indeks Dow Jones turun 0,67% ke 24.797,78 poin. Sementara S&P 500 terkoreksi 0,55% menjadi 2.701,33 poin dan Nasdaq melemah 0,22% ke 7.218,23 poin.
“Para anggota sepakat bahwa penguatan kinerja ekonomi dalam jangka pendek membuat kenaikan Federal Funds Rate secara bertahap sudah kayak. Hampir seluruh peserta rapat memperkirakan inflasi akan mengarah ke kisaran 2% dalam jangka menengah seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang di atas ekspektasi dan pasar tenaga kerja yang kuat,” sebut The Fed dalam risalahnya.
Rilis risalah ini langsung membuat yield obligasi pemerintah AS melonjak. Yield untuk obligasi tenor 10 tahun naik ke 2,94% dari 2,89% pada Rabu malam yang memicu gelombang perpindahan dana dari pasar saham. Kenaikan suku bunga acuan menjadi semakin nyata sehingga investor memilih untuk mengamankan dananya di aset yang aman.
Untuk perdagangan hari ini, sentimen dari Negeri Paman Sam mau tidak mau dan suka tidak suka akan terasa di lantai bursa Asia termasuk Indonesia. Pelemahan Wall Street dan perpindahan dana ke pasar obligasi akan menjadi sentimen negatif perdagangan saham di kawasan Asia hari ini.
(hps) Next Article Rayakan Imlek, Bursa Jepang & Australia Ditutup Ijo Royo-Royo
Most Popular