Internasional

Wall Street Jatuh, Obligasi dan Dolar AS Menguat

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
22 February 2018 06:10
Wall Street jatuh, obligasi dan dolar AS menguat setelah pengumuman risalah rapat The Fed bulan Januari
Foto: Reuters
New York, CNBC Indonesia - Saham-saham Wall Street berjatuhan sementara imbal hasil obligasi negara Amerika Serikat (AS) atau US Treasury (UST) bertenor 10 tahun naik dan dolar AS menguat setelah risalah rapat bank sentral AS bulan lalu menunjukkan keyakinan untuk tetap menaikkan suku bunga acuan.

Dow Jones Industrial Average turun 166,97 poin atau 0,67% dan menutup perdagangan hari Rabu (21/2/2018) di level 24.797,78. S&P 500 kehilangan 14,93 poin atau 0,55% menjadi 2.701,33 sementara Nasdaq Composite melemah 16,08 poin atau 0,22% ke 7.218,23.

Bank sentral AS, Federal Reserve, yakin inflasi akan lebih tinggi sebagaimana tercantum dalam risalah rapat tanggal 30-31 Januari lalu yang dirilis hari Rabu. Keyakinan tersebut sepertinya akan menguatkan perkiraan bahwa gubernur baru The Fed, Jerome Powell, akan menaikkan suku bunga acuannya bulan depan, dilansir dari Reuters.

“Anggota dewan gubernur setuju penguatan perekonomian jangka pendek meningkatkan kemungkinan bahwa kenaikan Federal Funds Rate yang bertahap akan sesuai [untuk kondisi tersebut],” kata The Fed dalam risalah tersebut.

Wall Street, yang awalnya dibuka menguat, ditutup melemah setelah imbal hasil obligasi naik.

Imbal hasil UST bertenor 10 tahun menyentuh 2,96%, level tertingginya sejak Januari 2014, sebelum akhirnya berada di kisaran 2,95%.

Risalah rapat itu sejalan dengan ekspektasi pasar mengeai kenaikan suku bunga, kata Michael Skordeles, macro strategist untuk AS pada Suntrust Advisory Services.

“Pasar berpandangan bahwa kita akan melihat satu [kenaikan suku bunga] di bulan Maret, satu di Juli, dan sepertinya satu lagi di akhir tahun, November atau Desember,” ujarnya.

Risalah itu juga menegaskan kembali bahwa tidak akan ada banyak perubahan walaupun pergantian rezim The Fed terjadi.

Indeks dolar, yang membandingkan greenback dengan enam mata uang besar dunia lainnya, jatuh setelah risalah tersebut diumumkan namun kemudian menguat kembali.

Indeks dolar akhirnya naik 0,4% ke level 90,13, posisi tertingginya dalam seminggu terakhir.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular