Bursa Saham Asia Pada Awal Perdagangan Hari Ini Menguat

Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 February 2018 08:30
Sementara itu pasar saham di China hari ini belum beraktivitas karena masih libur Imlek.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama Asia pagi mayoritas dibuka menguat, mengikuti pasar saham Amerika Serikat, Wall Street, yang akhir pekan lalu tercatat menguat. Sementara itu pasar saham di China hari ini belum beraktivitas karena masih libur Imlek.

Bursa saham Jepang berada di teritori positif, pada saat pembukaan indeks Nikkei 225 naik 1,13%. Demikian pula dengan pasar saham Korea Selatan, dimana indeks Kospi tercatat menguat 0,87%.

Bursa Asia mendapat energi positif dari Wall Street. Pada akhir pekan kemarin, Wall Street memang ditutup agak variatif di mana Dow Jones berakhir menguat tipis 0,08% ke 25.219,38, S&P 500 menguat 0,04% menjadi 2.732,22, tetapi Nasdaq melemah 0,36% ke 6.770,66.
 
Pergerakan Wall Street mulai terbatas,karena investor mulai bersiap menghadapi fase volatilitas tinggi. Dibutuhkan sentimen besar berikutnya untuk menggerakkan pasar, seperti pengumuman suku bunga acuan The Federal Reserve (Fed Fund Rate).
                                           
Meski begitu, sepanjang pekan lalu, Dow Jones naik 4,25%, S&P 500 menguat 4,3%, dan Nasdaq bertambah 5,31%. Penguatan mingguan Dow Jones menjadi yang tertinggi sejak November 2016, sementara S&P 500 mencatat kenaikan mingguan terkuat sejak Januari 2013, dan Nasdaq membukukan lonjakan mingguan terbaik sejak Desember 2011.
 
Kebangkitan menjadi kata kunci bursa saham dunia pekan lalu, setelah pekan sebelumnya terhanyut ke “lautan merah”. Padahal, pekan lalu ada rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya diperkirakan akan membuat pasar saham kembali terperosok ke zona negatif.
 
Laju inflasi Negeri Paman Sam pada Januari 2018 tercatat 2,1% year on year (YoY), lebih cepat dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 1,9% YoY. Awalnya para ekonom dan analis memperkirakan hal ini bisa memicu aksi jual yang masif di bursa saham, karena investor mencemaskan percepatan laju inflasi bakal berbuntut pada kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif. Investor pun diprediksi akan mengalihkan dana ke pasar obligasi, seperti yang terjadi akhir-akhir ini.
 
Namun perkiraan tersebut tidak terwujud. Pasar sepertinya justru melihat sisi baik dari percepatan laju inflasi dan kenaikan suku bunga acuan, yaitu ekonomi AS yang semakin kuat. Laporan keuangan emiten yang solid juga membantu mendukung penguatan Wall Street.

Sementara itu, nilai tukar Yen terhadap dolar AS masih berada pada level tetinggi. Ini bisa jadi sentimen tersendiri bagi pasar saham Asia, jika yen terus menguat.
(hps) Next Article Bursa Asia Mixed, Hang Seng - Shang Hai Kompak Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular