Investor Percaya Diri, Wall Street Lanjutkan Rally

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 February 2018 08:01
Investor lebih melihat ke arah fundamental Negeri Paman Sam yang semakin membaik.
Foto: Reuters
New York, CNBC Indonesia – Bursa Wall Street melaju kencang setelah pekan lalu terkoreksi dalam. Sepertinya investor lebih melihat ke arah fundamental Negeri Paman Sam yang semakin membaik, meski hal tersebut akan berdampak kepada kenaikan suku bunga acuan. 

Mengutip Reuters, pada Jumat (16/2/2018) waktu Indonesia, Dow Jones ditutup naik 1,23% ke 25.200,37. Sementara S&P 500 menguat 1,21% ke 2.731,2 dan Nasdaq bertambah 1,58% ke 7.256,43. 

Pekan lalu, tiga indeks saham di Wall Street negatif secara year to date (YtD). Kini seluruhnya sudah kembali positif, di mana Dow Jones menguat 1,95%, S&P 500 plus 2,05, dan Nasdaq naik 6,23%. 

Saham-saham teknologi menyokong penguatan Wall Street. Cisco menguat 4,73%, Apple naik 3,36%, sedangkan Microsoft naik 1,85%. 

Leo Grohowski, Chief Investment Officer di BNY Mellon Wealth Management yang berbasis di New York, mengatakan kecemasan investor mereda setelah emiten-emiten menyampaikan laporan keuangan yang solid. Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters, emiten-emiten di S&P 500 akan menaikkan laba per saham (earnings per share/EPS) mereka sebesar 18,9% pada tahun ini. Dari 383 emiten di S&P 500 yang sudah menyampaikan laporan keuangan, sebanyak 76,5% melampaui ekspektasi pasar.  

“Di tengah kegugupan pasar selama beberapa pekan terakhir, sekarang kita dihadapkan pada kinerja perusahaan yang kuat. Kalau kita melihat laporan keuangan emiten, mungkin kita akan merasa bahkan mereka terlalu konservatif,” tegas Grohowski. 

Grohowski menggarisbawahi bahwa perekonomian AS dan kinerja korporasi yang semakin kuat pasti akan berujung pada kenaikan suku bunga. Namun sepertinya pasar sudah lebih rasional dalam memandang situasi. 

“Kenaikan suku bunga tidak terlalu mengkhawatirkan selama ekonomi tumbuh dan fundamental terjaga. Bahkan pasar sepertinya nyaman-nyaman saja kalau yield (imbal hasil) obligasi negara tenor 10 tahun menembus level 3%,” jelasnya. 

Yield obligasi negara AS tenor 10 tahun memang masih dalam tren meningkat, saat ini sudah mencapai 2,91%. Bahkan yield sempat menyentuh 2,94%.  

Biasanya kenaikan yield memicu perpindahan dana ke pasar obligasi. Hal ini yang menekan pasar saham beberapa waktu lalu. Namun sepertinya situasinya saat ini sudah berbeda karena investor sudah percaya diri dan yakin terhadap fundamental ekonomi. 
(aji/aji) Next Article Gagal Pertahankan Reli Pekan Lalu, Wall Street Dibuka Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular