
Bursa Utama Asia Ikut Menguat Respons Inflasi AS
Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 February 2018 08:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Rally pasar saham tampaknya berlanjut di pasar saham Asia pagi, setelah sebelumnya pasar saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, ditutup menguat. Kinerja positif Wall Street tersebut di luar dugaan, pasalnya angka inflasi AS pada Januari tercatat 2,1% year on year (YoY), lebih tinggi dibandingkan konsensus 1,9% YoY.
Indeks Nikkei 225 saat pembukaan tercatat menguat 1,14%, setelah pekan lalu mengalami tekanan, pasar saham Jepang pekan ini mulai menunjukkan tanda-tanda positif. Padahal data permintaan mesin di Jepang turun 11,9%.
Sementara itu, beberapa bursa saham di Asia hari ini libur, seperti bursa Korea Selatan, China, Taiwan dan Vietnam.
Indeks saham di Wall Street pagi mengalami penguatan yang cukup signifikan. Dow Jones naik 1,03%, S&P 500 menguat 1,34%, dan Nasdaq bertambah 1,86%.
Laju inflasi yang lebih tinggi mengonfirmasi ada perbaikan ekonomi AS. Dampaknya akan ada penyesuaian terhadap kebijakan moneter, yaitu kenaikan suku bunga acuan. Selain itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS naik hingga mencapai 2,91% untuk tenor 10 tahun.
Penguatan pasar saham Wall Street dipicu kenaikan harga saham-saham sektor keuangan, yang sejatinya sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga. Harga saham Goldman Sachs naik 2,76%, JPMorgan Chase naik 2,31%, Visa naik 2,1%, dan American Express naik 1,77%.
“Pasar melakukan apa yang biasanya mereka lakukan. Tembak dulu, bertanya kemudian,” ujar Phil Orlando, Chief Equity Strategist dari Federated Investors yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Menurut Joseph LaVorgna, Kepala Ekonom Natixis untuk Benua Amerika, keberanian investor didorong oleh inflasi inti yang masih di bawah target. Pada Januari inflasi inti AS tercatat 1,8% YoY, di bawah target The Fed yang sebesar 2%. Ini memberi harapan bahwa suku bunga tidak akan dinaikkan secara agresif.
Setelah beberapa hari terpuruk, harga minyak bangkit dan menguat hingga ke 2%. Harga batu bara bahkan melonjak sampai 8%. Timah dan tembaga juga mengalami penguatan yang lumayan.
Kenaikan harga si emas hitam dipicu oleh pernyataan Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih. Menurutnya, sebaiknya pasokan minyak tetap dibiarkan sedikit ketat dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) jangan buru-buru untuk mengakhiri kesepakatan pemotongan produksi. Al-Falih berpendapat, langkah ini baik untuk menyeimbangkan pasar minyak dunia.
Data ekonomi yang akan dirilis hari ini dari Jepang adalah, Japan Industria Production.
(hps/hps) Next Article 'Cahaya' Dari Amerika Bikin Bursa Asia Menghijau
Indeks Nikkei 225 saat pembukaan tercatat menguat 1,14%, setelah pekan lalu mengalami tekanan, pasar saham Jepang pekan ini mulai menunjukkan tanda-tanda positif. Padahal data permintaan mesin di Jepang turun 11,9%.
Sementara itu, beberapa bursa saham di Asia hari ini libur, seperti bursa Korea Selatan, China, Taiwan dan Vietnam.
Laju inflasi yang lebih tinggi mengonfirmasi ada perbaikan ekonomi AS. Dampaknya akan ada penyesuaian terhadap kebijakan moneter, yaitu kenaikan suku bunga acuan. Selain itu, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS naik hingga mencapai 2,91% untuk tenor 10 tahun.
Penguatan pasar saham Wall Street dipicu kenaikan harga saham-saham sektor keuangan, yang sejatinya sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga. Harga saham Goldman Sachs naik 2,76%, JPMorgan Chase naik 2,31%, Visa naik 2,1%, dan American Express naik 1,77%.
“Pasar melakukan apa yang biasanya mereka lakukan. Tembak dulu, bertanya kemudian,” ujar Phil Orlando, Chief Equity Strategist dari Federated Investors yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Menurut Joseph LaVorgna, Kepala Ekonom Natixis untuk Benua Amerika, keberanian investor didorong oleh inflasi inti yang masih di bawah target. Pada Januari inflasi inti AS tercatat 1,8% YoY, di bawah target The Fed yang sebesar 2%. Ini memberi harapan bahwa suku bunga tidak akan dinaikkan secara agresif.
Setelah beberapa hari terpuruk, harga minyak bangkit dan menguat hingga ke 2%. Harga batu bara bahkan melonjak sampai 8%. Timah dan tembaga juga mengalami penguatan yang lumayan.
Kenaikan harga si emas hitam dipicu oleh pernyataan Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih. Menurutnya, sebaiknya pasokan minyak tetap dibiarkan sedikit ketat dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) jangan buru-buru untuk mengakhiri kesepakatan pemotongan produksi. Al-Falih berpendapat, langkah ini baik untuk menyeimbangkan pasar minyak dunia.
Data ekonomi yang akan dirilis hari ini dari Jepang adalah, Japan Industria Production.
(hps/hps) Next Article 'Cahaya' Dari Amerika Bikin Bursa Asia Menghijau
Most Popular