Bursa Saham Asia Dibuka Positif, Sambil Tunggu Inflasi AS

Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 February 2018 08:30
Pada perdagangan hari ini, investor akan menyimak sejumlah data yang akan dirilis di kawasan Asia dan inflasi AS.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama asia pada perdagangan pagi ini dibuka menguat mengikuti jejak pasar saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, yang ditutup positif dalam tiga hari perdagangan terakhir. Pada perdagangan hari ini, investor akan menyimak sejumlah data yang akan dirilis di kawasan Asia dan inflasi AS.

Indeks Nikkei 225 dibuka menguat 0,38% pada awal perdagangan, setelah kemarin ditutup terkoreksi. Saham-saham dari sektor manufakturing menjadi pendorong penguatan bursa saham Jepang, dimana saham Fanuc Manufacturing menguat 1,42%.

Saham-saham dari sektor keuangan dan yang terkait dengan sektor energi juga tercatat menguat di bursa saham Tokyo pagi ini. Pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal IV 2017 tercatat sebesar 0,5% di bawah ekspektasi pasar 0,9%.

Bursa saham Korea Selatan juga tercatat menguat, dimana indeks Kospi naik 0,89% yang ditopang penguatan saham-saham dari sektor teknologi. Saham Samsung naik 2,61% dan saham SK Hynix naik 2,06%.

Sementara itu saham Lotte Corporation terkoreksi dalam 5,57% setelah Chairman perusahaan tersebut dijatuhi hukuman 2,6 tahun penjara, akibat skandal politik.

Bursa saham AS kembali mencatatkan penguatan. Indeks Dow Jones naik 0,16% ke 24.640,45 poin, indeks S&P 500 menguat 0,26% ke 2.662,97 poin, dan indeks Nasdaq bertambah 0,46% menjadi 6.553,86 poin.
 
Wall Street menguat tiga hari berturut-turut setelah sebelumnya terkoreksi cukup dalam. Saham-saham teknologi yang sempat mengalami tekanan kini mulai bangkit. Harga saham Apple naik 1% sementara Cisco mencatat penguatan 1,55%.
 
Namun penguatan di Wall Street mulai terbatas karena investor tidak seagresif sebelumnya. Investor tengah menahan diri menunggu rilis data inflasi Negeri Paman Sam pada Rabu waktu setempat.
 
Inflasi akan menjadi salah satu data kunci yang menjadi perhatian. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters menyebutkan inflasi AS periode Januari 2018 diperkirakan 1,9% year on year (YoY), melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,1% YoY.
 
Bila laju inflasi ternyata lebih cepat dari ekspektasi, maka hampir pasti bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan depan. Kenaikan suku bunga akan membuat investor melepas aset-aset yang berisiko seperti saham.

Sejumlah data ekonomi yang akan dirilis di kawasan Asia hari ini, diantara datai FDI China, pertumbuhan ekonomi Malaysia kuartal IV-2017 dan India Wholesales Prices.
(hps/hps) Next Article 'Cahaya' Dari Amerika Bikin Bursa Asia Menghijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular