
Harga Saham IKAI Melesat 119%, Ekspansi ke Sektor Properti
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 February 2018 15:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) terus menanjak naik dalam beberapa hari terakhir. Terhitung sejak akhir Januari sampai dengan penutupan perdagangan kemarin, kenaikannya sudah mencapai 119%.
Pada perdagangan hari ini hingga berita ini diturunkan, saham IKAI tercatat menguat hingga 11,81% ke level Rp 284/unit. Padahal tidak ada sentimen positif yang cukup kuat untuk mendorong kenaikan saham Intikeramik pasalnya perseroan masih merugi, meskipun berkurang.
Sepanjang 2017, rugi bersih perusahaan tercatat sebesar Rp 52,9 miliar, turun dibandingkan 2016 yang mencapai Rp 145,4 miliar. Hal ini diumumkan melalui laporan keuangan konsolidasi (unaudited) yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 31 Januari lalu.
Menariknya, penurunan rugi bersih ini bukan disebabkan oleh peningkatan pendapatan. Pada tahun lalu, pendapatan perusahaan yang berlokasi di Tangerang ini justru anjlok lebih dari 5 kali lipat menjadi hanya Rp 13,3 miliar, dari yang sebelumnya Rp 83,7 miliar pada tahun 2016.
Terjadi penurunan beban administrasi, ini yang mendorong kinerja keuangan perusahaan. Sepanjang 2017, nilainya tercatat hanya sebesar Rp 23,4 miliar, turun jauh dari angka 2016 yang mencapai Rp 130,6 miliar.
Melihat lebih jauh pos tersebut pada tahun 2016, diketahui bahwa beban terbesar berasal dari penurunan nilai persediaan mencapai Rp 68,4 miliar dan penurunan nilai piutang mencapai Rp 38,1 miliar. Pada tahun 2017, nilainya lantas turun masing-masing menjadi nol.
Ekspansi Properti
Dalam beberapa tahun terakhir, industri keramik dalam negeri mengalami tekanan, dipicu oleh banjirnya produk impor dan lesunya sektor properti yang merupakan konsumen utama dari produk perusahaan.
Atas dasar inilah, perusahaan memilih untuk melakukan diversifikasi ke sektor diluar manufaktur, namun yang masih memiliki keterkaitan dengan lini bisnis utama perusahaan yaitu produksi keramik. Sektor properti pun menjadi pilihan perusahaan.
Menurut perusahaan, sektor properti diperkirakan akan bangkit, didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah seperti relaksasi LTV, penurunan tingkat suku bunga KPR, penurunan tarif Pajak Penghasilan Penjualan Properti, pembebasan BPTHB di Jakarta, program pengampunan pajak (tax amnesty), serta percepatan pembangunan infrastruktur.
Guna memuluskan rencana diversifikasi tersebut, pada Januari lalu perusahaan melakukan penawaran umum terbatas dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan berhasil menghimpun dana segar senilai Rp 355,6 miliar.
Sebesar 41,95% dari perolehan dana tersebut atau senilai Rp 149,2 miliar akan digunakan untuk mengakuisisi 3 perusahaan properti yaitu PT Realindo Sapta Optima, PT Mahkota Artha Mas, dan PT Mahkota Properti Indo Medan.
(hps) Next Article Sahamnya Diburu Investor, Siapa Sebenarnya The Ning King?
Pada perdagangan hari ini hingga berita ini diturunkan, saham IKAI tercatat menguat hingga 11,81% ke level Rp 284/unit. Padahal tidak ada sentimen positif yang cukup kuat untuk mendorong kenaikan saham Intikeramik pasalnya perseroan masih merugi, meskipun berkurang.
Sepanjang 2017, rugi bersih perusahaan tercatat sebesar Rp 52,9 miliar, turun dibandingkan 2016 yang mencapai Rp 145,4 miliar. Hal ini diumumkan melalui laporan keuangan konsolidasi (unaudited) yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 31 Januari lalu.
Terjadi penurunan beban administrasi, ini yang mendorong kinerja keuangan perusahaan. Sepanjang 2017, nilainya tercatat hanya sebesar Rp 23,4 miliar, turun jauh dari angka 2016 yang mencapai Rp 130,6 miliar.
Melihat lebih jauh pos tersebut pada tahun 2016, diketahui bahwa beban terbesar berasal dari penurunan nilai persediaan mencapai Rp 68,4 miliar dan penurunan nilai piutang mencapai Rp 38,1 miliar. Pada tahun 2017, nilainya lantas turun masing-masing menjadi nol.
Ekspansi Properti
Dalam beberapa tahun terakhir, industri keramik dalam negeri mengalami tekanan, dipicu oleh banjirnya produk impor dan lesunya sektor properti yang merupakan konsumen utama dari produk perusahaan.
Atas dasar inilah, perusahaan memilih untuk melakukan diversifikasi ke sektor diluar manufaktur, namun yang masih memiliki keterkaitan dengan lini bisnis utama perusahaan yaitu produksi keramik. Sektor properti pun menjadi pilihan perusahaan.
Menurut perusahaan, sektor properti diperkirakan akan bangkit, didukung oleh kebijakan-kebijakan pemerintah seperti relaksasi LTV, penurunan tingkat suku bunga KPR, penurunan tarif Pajak Penghasilan Penjualan Properti, pembebasan BPTHB di Jakarta, program pengampunan pajak (tax amnesty), serta percepatan pembangunan infrastruktur.
Guna memuluskan rencana diversifikasi tersebut, pada Januari lalu perusahaan melakukan penawaran umum terbatas dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dan berhasil menghimpun dana segar senilai Rp 355,6 miliar.
Sebesar 41,95% dari perolehan dana tersebut atau senilai Rp 149,2 miliar akan digunakan untuk mengakuisisi 3 perusahaan properti yaitu PT Realindo Sapta Optima, PT Mahkota Artha Mas, dan PT Mahkota Properti Indo Medan.
(hps) Next Article Sahamnya Diburu Investor, Siapa Sebenarnya The Ning King?
Most Popular