Tren Kenaikan Harga Minyak Hanya Sementara

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 February 2018 12:28
Namun tren kenaikan tersebut diperkirakan tidak akan berlangsung panjang karena pasokan di pasar diperkirakan akan melimpah.
Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia berada dalam tren menguat dalam dua hari terakhir. Namun tren kenaikan tersebut diperkirakan tidak akan berlangsung panjang karena pasokan di pasar diperkirakan akan melimpah.

Kemarin, harga minyak mentah asal Amerika Serikat (AS) yaitu West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,15%. Sampai dengan berita ini diturunkan, minyak mentah WTI menguat 0,54% ke level US$ 59,61/barel, sementara brent naik 0,62% ke level US$ 62,98/barel.

Kenaikan harga minyak ini patut dicermati oleh pelaku pasar, mengingat penguatan ini mungkin tidak akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Pada kondisi normal, pergerakan bursa saham biasanya akan dipengaruhi oleh harga minyak. Kenaikan harga emas hitam tersebut akan mendorong kenaikan harga saham-saham, khususnya yang berhubungan langsung dengan minyak dan gas.

Namun, yang terjadi saat ini adalah sebaliknya. Harga minyak justru naik merespon rebound di bursa saham Amerika Serikat (AS) dan bukan dipengaruhi oleh faktor fundamental. Nampaknya, kenaikan harga minyak merupakan euforia sementara akibat penguatan bursa saham AS.

Sentimen Negatif
Dari sisi fundamental, sentimen negatif yang dapat menekan harga sebenarnya masih lebih dominan, utamanya terkait melimpahnya produksi AS. Seperti diketahui, AS tidak masuk dalam daftar negara yang ikut mengurangi produksi minyak.

Dibawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, produksi sumber-sumber energi konvensional seperti minyak dan batu bara justru di dorong. Hasilnya, produksi minyak mentah AS menembus 10 juta barel per hari untuk pertama kalinya dalam 48 tahun pada November 2017.

Terakhir, produsen minyak di AS diketahui menambah 26 alat pengeboran baru pada minggu lalu, sehingga totalnya mencapai 791, di mana ini merupakan yang tertinggi sejak April 2015.

Kencangnya produksi dari AS ini dikhawatirkan akan menganggu usaha pengendalian pasokan oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Bahkan, OPEC mengungkapkan bahwa peningkatkan permintaan pada tahun ini akan diimbangi oleh produksi dari negara-negara non-OPEC, sehingga kestabilan di pasar baru akan terjadi pada akhir tahun ini.

Data inflasi
Besok, pemerintahan AS dijadwalkan untuk merilis data inflasi periode Januari, dengan konsensus berada di level 0,3% MoM (1,9% YoY). Jika data inflasi ternyata sesuai dengan ekspektasi atau bahkan melebihi, maka besar kemungkinan the Fed akan menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan Maret mendatang.

Akibatnya, bursa saham berpotensi kembali rontok dan harga minyak pun dapat ikut terpuruk.
(hps/hps) Next Article Stok AS Capai Rekor Tertinggi, Harga Minyak Jatuh Lemas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular