Internasional

Wall Street Rebound Setelah Satu Minggu yang Penuh Gejolak

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
13 February 2018 06:12
Indeks acuan Wall Street kembali rebound hari Senin setelah penurunan mingguan terbesar dibukukan minggu lalu
Foto: Reuters
New York, CNBC Indonesia - Tiga indeks utama bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street rebound pada perdagangan hari Senin (12/2/2018) karena investor mulai percaya diri setelah penurunan mingguan terbesar dalam dua tahun terjadi di pasar ekuitas AS minggu lalu.

Dow Jones Industrial Average naik 410,37 poin atau 1,7% ke level 24.601,27 sementara S&P 500 ditutup menguat 36,45 poin atau 1,39% menjadi 2.656. Nasdaq Composite menambah 107,47 poin atau 1,56% menjadi 6.981,96, dilansir dari Reuters.

Diumumkannya rancangan anggaran kepemimpinan Presiden AS Donald Trump yang juga mencakup rencana belanja infrastruktur turut mendorong saham-saham di sektor material dan industri.

Sektor material indeks S&P 500 membukukan kenaikan terbesar hari Senin sebesar 2,1% diikuti sektor informasi dan teknologi sebesar 1,8%.

Saham-saham tersebut menguat setelah Trump mengumumkan proposal anggarannya yang mencakup belanja infrastruktur senilai US$200 miliar (Rp 2,7 kuadriliun), lebih dai $23 miliar untuk pengamanan daerah perbatasan dan imigrasi, dan $716 miliar untuk program militer, termasuk persenjataan nuklir.

Namun, beberapa analis berpendapat bahwa faktor terbesar dari penguatan Wall Street tersebut sepertinya adalah tes dan rebound indeks S&P dari level teknikal hari Jumat pekan lalu ketika indeks melorot 11,8% dari rekor tertinggi yang dicetak tanggal 26 Januari.

“Para investor mungkin kembali berpikir pada akhir pekan lalu dan menyimpulkan bahwa perekonomian sebenarnya cukup kuat, pendapatan perusahaan naik, jadi tidak ada alasan khusus bagi mereka untuk panik atau menjual [saham yang mereka pegang],” kata John Carey, portfolio manager di Amundi Pioneer Asset Management.

Sementara itu, Jeff Schulze, investment strategist di Clearbridge Investments, mengingatkan bahwa volatilitas masih bisa terjadi sebab tarik-menarik antara momentum penurunan indeks jangka pendek dan kondisi fundamental ekonomi yang membaik dalam jangka panjang masih akan terlihat di pasar.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular