Yield Obligasi Naik, Wall Street Melemah Lagi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 February 2018 06:32
Bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali tertekan setelah sebelumnya sempat menguat.
Foto: Reuters
New York, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS) kembali tertekan setelah sebelumnya sempat menguat. Koreksi Wall Street lagi-lagi disebabkan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Negeri Paman Sam, sehingga investor meninggalkan pasar saham. 

Mengutip Reuters, Kamis (8/2/2018), Dow Jones terkoreksi 0,08% ke 24.893,35. Sementara S&P 500 melemah 0,5% ke 2.681,66 dan Nasdaq berkurang 1,26% menjadi 6.582,02. 

Pelemahan terjadi pada saat-saat terakhir perdagangan, karena sebelumnya Wall Street cenderung berada di teritori positif. Kenaikan yield obligasi negara AS membuat investor cemas sehingga terjadi aksi jual yang cukup masif. 

Yield obligasi AS tenor 10 tahun naik ke 2,84% dari sehari sebelumnya yang 2,77%. Kenaikan yield dipicu oleh potensi percepatan laju inflasi AS, yang akan mendorong pengetatan kebijakan moneter. 

Presiden The Federal Reserve (The Fed) Dallas Robert Kaplan menyebutkan kenaikan upah di AS tentunya akan mendorong inflasi. Kenaikan suku bunga acuan di AS diperkirakan terjadi tiga kali tahun ini. 

“Kami menghadapi tekanan kenaikan upah di AS. Bijak bagi kami untuk mengakhiri kebijakan akomodatif, meski secara perlahan dan bertahap,” ungkap Kaplan. 

Stephen Massocca, Senior Vice President Wedbush Securities in San Francisco, mengatakan kenaikan yield membuat pelaku pasar gugup. Investor kemudian memilih menyelamatkan diri masing-masing dengan memegang aset yang dinilai aman, yaitu obligasi negara AS. 

“Sudah jelas ada kegugupan di pasar. Siapa yang tahu besok akan seperti apa,” ujar Massocca. 

Menurut Fritz Folts, Chief Investment Strategist 3EDGE Asset Management, kenaikan suku bunga acuan AS kali ini memang perlu diwaspadai. Sebab di saat yang mungkin bersamaan kawasan lain ikut menerapkan kebijakan moneter ketat. 

“Pengetatan yang dilakukan bank sentral perlu dilihat serius. Ke depan, mungkin kita akan melihat pasar yang sudah menyesuaikan diri dengan suku bunga tinggi,” kata Folts. 

Tidak hanya pasar saham, komoditas pun terkoreksi cukup dalam. Harga minyak light sweet melemah 2,26% dan brent turun 0,26%. Sebelumnya, light sweet sempat melemah sampai 4%. 

Posisi harga minyak saat ini mencapai titik terendah dalam sebulan terakhir. Penyebabnya adalah cadangan dan produksi minyak AS yang meningkat. 

Stok minyak AS per 2 Februari 2018 naik 1,9 juta barel menjadi 420,3 juta barel. Sedangkan produksi emas hitam Negeri Paman Sam telah menyentuh 10,25 juta barel/hari. Tahun ini, produksi minyak AS diperkirakan rata-rata sebanyak 10,59 juta barel/hari, naik dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 10,10,27 juta barel/hari.
(aji/aji) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular