Kontrak Berjangka Wall Street Anjlok, Bursa Asia Masih Merah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 February 2018 13:45
Investor sepertinya yakin pasar saham Amerika Serikat (AS) masih akan terkoreski pada perdagangan dini hari nanti.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia – Tekanan terhadap pasar saham regional belum berhenti dan akan ditutup ke zona merah merespons kontrak berjangka Wall Street yang terpangkas pada perdagangan hari ini. Investor sepertinya yakin pasar saham Amerika Serikat (AS) masih akan terkoreski pada perdagangan dini hari nanti.

Indeks Nikkei melemah 2,55%, indeks Hang Seng turun 1,14%, indeks Strait Times turun 1,21%, indeks SET (Thailand) turun 0,92%, dan indeks FTSE Bursa Malaysia turun 0,91%.

Kontrak futures dari ketiga di Wall Street indeks tersebut kompak melemah, masing-masing sebesar indeks Dow Jone koreksi 0,39%, indeks S&P 500 turun 0,21%, dan indesk Nasdaq turun 0,12%. Hal ini menunjukkan bahwa bursa saham AS berpotensi kembali melemah pada perdagangan hari ini.

Pelemahan ini tidak lepas dari anjloknya bursa saham dan obligasi Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari Jumat kemarin. Pekan lalu, tiga indeks saham utama AS yaitu Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq masing-masing ditutup melemah sebesar 2,54%, 2,12%, dan 1,96%.

Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun melonjak ke angka 2,84%, dari yang sebelumnya 2,79%. Perlu diingat bahwa imbal hasil obligasi berbanding terbalik dengan harga

Investor Takut
Anjloknya bursa saham dan obligasi AS disebabkan oleh ketakutan investor atas kenaikan suku bunga acuan yang lebih tinggi dari perkiraan, terlebih setelah kuatnya data tenaga kerja yang dirilis pada Jumat lalu. Biro statistik AS melaporkan penciptaan lapangan kerja sepanjang bulan Januari mencapai angka 200 ribu, jauh lebih tinggi dari prediksi yang hanya sebesar 180 ribu.

Kenaikan suku bunga yang lebih agresif dari perkiraan tentu menjadi kabar buruk bagi pasar saham, seiring suku bunga kredit yang akan naik signifikan. Sementara itu, suku bunga acuan yang tinggi akan meningkatkan suku bunga deposito dan instrumen keuangan lainnya, sehingga daya tarik obligasi menjadi berkurang.

Investor lantas meresponnya dengan melepas kepemilikan pada saham dan obligasi, tidak hanya di AS, namun juga di negara-negara berkembang. Hal ini dikarenakan pasar saham AS sangat berkorelasi dengan negara-negara berkembang, sehingga tekanan di pasar keuangan AS diekspektasikan akan berimbas ke negara-negara berkembang.

Dolar AS
Seiring dengan dilepasnya saham dan obligasi, investor lantas berbondong-bondong menukarkannya dengan dolar AS. Tercatat, mata uang kawasan regional kompak diperdagangkan melemah: rupiah turun 0,31%, ringgit turun 0,24%, dan bath turun 0,29%.
(hps) Next Article Tunggu Hasil Rapat Fed, Bursa Asia Kompak Melesat!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular