
IHSG Sesi I Dibuka Melemah, Mengekor Bursa Saham Utama Asia
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 February 2018 09:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 1,28% ke level 6.543,5 poin pada pembukaan sesi I. Kinerja bursa domestik tersebut sejalan dengan bursa saham utama Asia lainnya.
Pelemahan IHSG sejalan dengan pasar saham Asia, dimana bursa saham Jepang pada perdagangan pagi ini berada di zona merah, indeks Nikkei turun dalam 2,%%. Indeks Hang Seng turun 0,12%, indeks Shanghai naik 0,44%, indeks Kospi turun 1,59% dan indeks Strait Time terkoreksi 0,49%.
Pemicu bursa utama terkoreksi pagi ini adalah penurunand alam bursa di Wall Street. Akhir pekan lalu, Dow Jones anjlok 2,54% ke 25.520,96, S&P 500 turun 2,12% menjadi 2.762,13 dan Nasdaq melemah 1,96% ke 7.240,95. Ada ekspektasi suku bunga acuan The Fed akan naik karena angka penggangguran yang dirilis tidak sesuai eskpektasi.
Ini membuat pasar saham kalah saing dengan obligasi, bursa saham AS juga sudah menguat cukup signifikan. Harga obligasi AS meningkat karena ada sentimen tersebut.
Biro statistik AS juga melaporkan pembukaan lapangan kerja yang mencapai angka 200 ribu, lebih tinggi dari prediksi 180 ribu. Data tersebut disampaikan Jumat pekan lalu.
Selain itu, pekan lalu Alan Greenspan juga menyampaikan ada bubble di pasar saham dan obligasi. Hal tersebut sempat menjadi perhatian pelaku pasar.
Untuk perdagangan hari ini, investor bisa mencermati beberapa sentimen. Pertama adalah rilis data pertumbuhan ekonomi domestik yang akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2017 sebesar 5,12% (year on year/YoY). Sehingga pertumbuhan ekonomi sepanjang 2017 diperkirakan 5,06% YoY dan proyeksi pertumbuhan 2018 adalah 5,28% YoY.
Bila pencapaian pertumbuhan ekonomi sejalan dengan estimasi pasar, maka bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Namun jika di bawah itu, maka akan berbalik menjadi penyebab koreksi lebih lanjut.
Data Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) juga akan dirilis hari ini. Namun biasanya baru diketahui setelah pasar tutup, sehingga kemungkinan baru menjadi sentimen pada perdagangan esok hari.
Sementara di luar negeri, sejumlah data penting juga akan diumumkan seperti penjualan ritel di Eropa periode Desember dan suku bunga acuan bank sentral Uni Eropa (ECB). Pengumuman-pengumuman ini akan menggambarkan sejauh mana pemulihan ekonomi di Benua Biru. Bila jalur pemulihan ekonomi sudah semakin jelas, maka ECB akan semakin mengambil kuda-kuda untuk mengetatkan kebijakan moneter.
Dari AS, akan ada rilis data tenaga kerja non manufaktur. Situasi ketenagakerjaan AS yang membaik akan menjadi salah satu pertimbangan bank sentral (The Federal Reserve/The Fed) untuk menaikkan suku bunga. Ketika suku bunga AS dan Eropa sudah naik, maka semua harus bersiap menghadapi tren kenaikan suku bunga global.
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Pelemahan IHSG sejalan dengan pasar saham Asia, dimana bursa saham Jepang pada perdagangan pagi ini berada di zona merah, indeks Nikkei turun dalam 2,%%. Indeks Hang Seng turun 0,12%, indeks Shanghai naik 0,44%, indeks Kospi turun 1,59% dan indeks Strait Time terkoreksi 0,49%.
Pemicu bursa utama terkoreksi pagi ini adalah penurunand alam bursa di Wall Street. Akhir pekan lalu, Dow Jones anjlok 2,54% ke 25.520,96, S&P 500 turun 2,12% menjadi 2.762,13 dan Nasdaq melemah 1,96% ke 7.240,95. Ada ekspektasi suku bunga acuan The Fed akan naik karena angka penggangguran yang dirilis tidak sesuai eskpektasi.
Ini membuat pasar saham kalah saing dengan obligasi, bursa saham AS juga sudah menguat cukup signifikan. Harga obligasi AS meningkat karena ada sentimen tersebut.
Biro statistik AS juga melaporkan pembukaan lapangan kerja yang mencapai angka 200 ribu, lebih tinggi dari prediksi 180 ribu. Data tersebut disampaikan Jumat pekan lalu.
Selain itu, pekan lalu Alan Greenspan juga menyampaikan ada bubble di pasar saham dan obligasi. Hal tersebut sempat menjadi perhatian pelaku pasar.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2017 sebesar 5,12% (year on year/YoY). Sehingga pertumbuhan ekonomi sepanjang 2017 diperkirakan 5,06% YoY dan proyeksi pertumbuhan 2018 adalah 5,28% YoY.
Bila pencapaian pertumbuhan ekonomi sejalan dengan estimasi pasar, maka bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Namun jika di bawah itu, maka akan berbalik menjadi penyebab koreksi lebih lanjut.
Data Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) juga akan dirilis hari ini. Namun biasanya baru diketahui setelah pasar tutup, sehingga kemungkinan baru menjadi sentimen pada perdagangan esok hari.
Sementara di luar negeri, sejumlah data penting juga akan diumumkan seperti penjualan ritel di Eropa periode Desember dan suku bunga acuan bank sentral Uni Eropa (ECB). Pengumuman-pengumuman ini akan menggambarkan sejauh mana pemulihan ekonomi di Benua Biru. Bila jalur pemulihan ekonomi sudah semakin jelas, maka ECB akan semakin mengambil kuda-kuda untuk mengetatkan kebijakan moneter.
Dari AS, akan ada rilis data tenaga kerja non manufaktur. Situasi ketenagakerjaan AS yang membaik akan menjadi salah satu pertimbangan bank sentral (The Federal Reserve/The Fed) untuk menaikkan suku bunga. Ketika suku bunga AS dan Eropa sudah naik, maka semua harus bersiap menghadapi tren kenaikan suku bunga global.
(hps/hps) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular