
Wall Street Lanjutkan Pelemahan
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
31 January 2018 06:32

New York, CNBC Indonesia - Saham-saham Amerika Serikat (AS) kembali berjatuhan untuk dua hari berturut-turut dalam perdagangan hari Selasa (30/1/2018) karena melemahnya sektor kesehatan dan meningkatnya imbal hasil surat utang negara AS.
Dow Jones Industrial Average anjlok 362,59 poin atau 1,37% menjadi 26.076,89 sementara S&P 500 turun 31,1 poin atau 1,09% ke 2.822,43. Nasdaq Composite kehilangan 64,02 poin atau 0,86% menjadi 7.402,48, dilansir dari Reuters.
Dow Jones mencatatkan persentase penurunan harian terbesar sejak Mei 2017 dan penurunan tersebut adalah yang terbesar kedua sejak terpilihnya Presiden AS Donald Trump.
Indeks kesehatan S&P 500 mencatatkan pelemahan terbesar hari itu sebesar 2,13% akibat kabar yang menyebutkan Amazon, Berkshire Hathaway, dan JPMorgan Chase akan bersama-sama membentuk perusahaan kesehatan untuk mengontrol biaya kesehatan bagi karyawannya.
Imbal hasil surat berharga negara AS (US Treasury) meningkat ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir pada hari pertama rapat bulanan bank sentral AS, Federal Reserve. Pertemuan The Fed tersebut diharapkan akan memberi sinyal pandangan bank sentral terhadap proyeksi perekonomian dan kenaikan suku bunga tahun ini.
“Para investor mulai sedikit khawatir akan inflasi yang membuat beberapa orang yakin The Fed mungkin akan jadi sedikit lebih agresif dalam hal kenaikan suku bunga acuan,” kata Robert Pavlik, chief investment strategist di SlateStone Wealth.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya tiga kali tahun ini.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Dow Jones Industrial Average anjlok 362,59 poin atau 1,37% menjadi 26.076,89 sementara S&P 500 turun 31,1 poin atau 1,09% ke 2.822,43. Nasdaq Composite kehilangan 64,02 poin atau 0,86% menjadi 7.402,48, dilansir dari Reuters.
Dow Jones mencatatkan persentase penurunan harian terbesar sejak Mei 2017 dan penurunan tersebut adalah yang terbesar kedua sejak terpilihnya Presiden AS Donald Trump.
Imbal hasil surat berharga negara AS (US Treasury) meningkat ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir pada hari pertama rapat bulanan bank sentral AS, Federal Reserve. Pertemuan The Fed tersebut diharapkan akan memberi sinyal pandangan bank sentral terhadap proyeksi perekonomian dan kenaikan suku bunga tahun ini.
“Para investor mulai sedikit khawatir akan inflasi yang membuat beberapa orang yakin The Fed mungkin akan jadi sedikit lebih agresif dalam hal kenaikan suku bunga acuan,” kata Robert Pavlik, chief investment strategist di SlateStone Wealth.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya tiga kali tahun ini.
(prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular