Dolar AS Bergerak di Rp 13.400/US$ dalam Dua Hari ke Depan

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
30 January 2018 22:40
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diproyeksi masih bergerak di level Rp 13.400/US$ dalam beberapa hari ke depan.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diproyeksi masih bergerak di level Rp 13.400/US$ dalam beberapa hari ke depan. Pasar menunggu rencana bank sentral AS, The Fed yang menggelar rapat bulanan dalam dua hari ke depan.

Data Reuters, sepanjang Selasa (30/1/2018) menunjukkan nilai tukar dolar AS berada di level Rp 13.362/US$-Rp 13.417/US$. Level tertinggi di Rp 13.417/US$ merupakan yang terkuat sejak 11 Januari 2018 lalu.

"Rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi cukup sedikit dalam yakni 0.5% ke Rp 13.434/US$. Namun masih terapreasiasi 1% secara year to date," kata Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro kepada CNBC Indonesia.

Menurut Andry, kondisi di AS menjadi faktor rupiah ikut terombang-ambing dan terdepresiasi. Kondisi fundamental dalam negeri tidak begitu berpengaruh.

"Masih karena global terutama di AS yang menggerakan market. Indeks melemah, rupiah juga. Domestik belum ada data yang keluar sehingga semua faktor masih akibat global," ungkapnya.

Andry memproyeksikan dolar AS masih akan berada pada range Rp 13.337/US$-Rp 13,392/US$ menunggu pengumuman The Fed. "Bahkan bisa berada pada batas atas, atau bisa tembus Rp 13.400/US$ lagi," katanya.

Mata uang regional cenderung bergerak melemah terhadap dolar AS. Greenback tengah mendapat momentum penguatan setelah imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Negeri Paman Sam naik.
 
Kini, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun telah mencapai 2,72%, level tertinggi sejak pertengahan 2014 silam.

Dolar AS Masih Bergerak di Rp 13.400/US$ dalam Dua Hari IniFoto: Tim Riset CNBC Indonesia

 
Selain the Fed, sinyal pengetatan lebih lanjut dari bank sentral Eropa dan Jepang semakin mendorong naik yield obligasi negeri paman sam. Suku bunga acuan yang tinggi akan meningkatkan suku bunga deposito dan instrumen keuangan lainnya, sehingga daya tarik obligasi menjadi berkurang. Perlu diingat bahwa harga obligasi berbanding terbalik dengan yield.

Di sisi lain, kenaikan suku bunga yang lebih agresif dari perkiraan juga akan membawa kabar buruk bagi pasar saham, seiring suku bunga kredit yang akan naik signifikan. Investor lantas memilih untuk melepas posisinya pada saham dan obligasi sampai ada kepastian dari pertemuan the Fed.

"Pasar masih menunggu hasil pertemuan The Fed. Ada ekspektasi bahwa The Fed akan agresif untuk menaikkan bunga. Hal ini membuat investor masih memegang dolar AS sembari melepas saham dan obligasi," ungkap Researcher CNBC Indonesia, Anthony Kevin.

Data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dipublikasikan Bank Indonesia, Selasa (30/1/2018) nilai rupiah per dolar AS tercatat Rp 13.398/US$. Sementara pada hari Senin (29/1/2018), nilai rupiah per dolar AS tercatat Rp 13.327/US$.

Dolar AS Masih Bergerak di Rp 13.400/US$ dalam Dua Hari IniFoto: Reuters

(dru) Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular