Bursa Utama Asia Menguat Menyambut Awal Pekan

Houtmand P Saragih & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 January 2018 08:30
Hal ini semakin meyakinkan investor di Asia, pertumbuhan ekonomi dunia berada dalam trek yang benar.
Foto: ist
  • Stance Bank Sentral Jepang (BoJ) mengenai kebijakan moneter juga perlu dicermati dampaknya.
  • Sepanjang bulan ini, Dollar Index (yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap 6 mata uang utama) melemah hingga 3,32% dan selama setahun terakhir koreksinya mencapai 11,31%.
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham utama asia pagi ini pada awal perdagangan dibuka mayoritas menguat merespons laporan keuangan perusahaan-perusahaan global di atas ekspektasi. Hal ini semakin meyakinkan investor di Asia, pertumbuhan ekonomi dunia berada dalam trek yang benar.

Bursa saham Jepang pada perdagangan pagi ini bergerak positif, indeks Nikkei menguat 0,56%. Indeks Hang Seng pagi ini terpantau naik 1,53%, indeks Shanghai menguat 0,28%, indeks Kospi naik 1,06% dan indeks Strait Time menguat 0,36%.

Pasar saham Amerika Serikat (AS), pekan lalu ditutup menguat dipicu laporan keuangan perusahaan yang melebihi estimasi. Akhir pekan lalu, Dow Jones naik 0,85% ke 26.616,71, sementara Nasdaq dan S&P 500 juga turut ditutup menguat masing-masing 1,28% dan 1,18%.
 
Laju penguatan Wall Street tertahan rilis data ekonomi AS. Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2017 diestimasi hanya sebesar 2,6%, di bawah konsensus yang dihimpun Reuters sebesar 3%. Meskipun demikian, permintaan barang tahan lama periode Desember 2017 mampu tumbuh 2,9%, melebihi ekspektasi ekonom yang sebesar 0,8%.
 
Penyataan Bank Sentral Uni Eropa (ECB) tentang kurs nampaknya perlu dicermati. Benoit Coeure, Anggota Dewan ECB, memperingatkan risiko perang mata uang global. “Kita tidak menginginkan perang mata uang. Kita hidup di dunia di mana tidak seharusnya mata uang ditujukan untuk kepentingan kompetisi,” tegasnya seperti dikutip Reuters.
 
Pernyataan tersebut muncul setelah Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Steven Mnuchin mengatakan pelemahan dolar merupakan hal yang positif bagi perdagangan Negeri Paman Sam. Meskipun  pernyataan tersebut kemudian diluruskan oleh Presiden Donald Trump.
 
Dolar AS memang masih tertekan. Sepanjang bulan ini, Dollar Index (yang menggambarkan posisi dolar AS terhadap 6 mata uang utama) melemah hingga 3,32% dan selama setahun terakhir koreksinya mencapai 11,31%.
 
Dari regional, stance Bank Sentral Jepang (BoJ) mengenai kebijakan moneter juga perlu dicermati dampaknya. Berbicara di World Economic Forum, Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda mengatakan pihaknya akan terus mendukung pemulihan ekonomi dengan pelonggaran moneter. Kuroda juga menyebutkan ekonomi Jepang akan tumbuh moderat dan inflasi mulai terakselerasi.
 
Pernyataan Kuroda ini bisa menjadi sentimen positif bagi bursa saham Jepang. Dampaknya sudah dirasakan oleh mata uang yen, di mana yen berada di posisi terkuat selama 4 bulan terakhir terhadap dolar AS.

Data ekonomi di Asia yang akan diperhatikan investor hari ini, antara lain rilis inflasi Vietnam dan harga produsen Singapura.
(hps) Next Article Bursa Asia Bervariasi: Kospi Korea Melaju, Nikkei Jepang Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular