Bursa Asia Cenderung Moderat Respons Government Shutdown AS

Hidayat Setiaji & Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
19 January 2018 08:36
Sentimen dari Amerikas Serikat (AS) terkait tidak bisa bekerjanya pemerintah (government shutdown) tidak terlalu berpengaruh terhadap pasar saham Asia.
Foto: ist
  • Bursa saham AS sebelumnya berhenti cetak rekor ada sentimen government shutdown
  • Ada sejumlah aksi korporasi di Asia yang nilainya cukup besar. Salah satunya langkah SoftBank Group menjadi pemegang saham terbesar di Uber.

Jakarta, CNBC Indonesia
 - Pasar saham utama Asia pagi ini dibuka mayoritas cenderung menguat, meskipun tipis. Sentimen dari Amerikas Serikat (AS) terkait kemungkinan tidak bisa bekerjanya pemerintah (government shutdown) tidak terlalu berpengaruh terhadap pasar saham Asia.

Setengah jam sebelum pembukaan pasar saham domestik, indeks Nikkei menguat 0,17%. Indeks Hang Seng saat pembukaan menguat 0,43%, indeks Shanghai menguat 0,87%, indeks Kospi menguat tipis 0,09% dan indeks Straits Times terkoreksi 0,58%. 

Dari bursa AS, pasar saham di Wall Street terhenti mencetak rekor tertinggi dan sejenak merealisasikan keuntungan. Indeks Dow Jones terkoreksi 0,37% ke 26.017,81 poin, S&P 500 turun 0,16% ke 2.798,03 poin, dan Nasdaq melemah 0,03% menjadi 7.296,05 poin.
 
Salah satu pemicu koreksi Wall Street, yaitu penurunan harga saham Boeing yang anjlok 3,09%. Saham-saham sektor utilitas dan real estat juga membebani bursa dengan pelemahan masing-masing 0,62% dan 0,98%. Beruntung, laporan kinerja perusahaan-perusahaan di AS cukup memuaskan, sehingga bisa menahan laju koreksi.
 
Misalnya, Morgan Stanley melaporkan laba di kuartal IV-2017 sebesar US$ 1,68 miliar atau laba per saham (EPS) 84 sen. Lebih baik dibandingkan estimasi pasar yaitu EPS di 77 sen.
  
Sentimen negatif yang menekan bursa AS, yaitu alotnya pembicaraan mengenai anggaran adalah di pos perlindungan sosial untuk anak-anak imigran yang sudah ada sejak pemerintahan Barrack Obama. Partai Demokrat ingin program ini dipertahankan, tetapi Partai Republik berpandangan harusnya perlindungan sosial merupakan rencana jangka panjang, bukan sekedar program adhoc seperti saat ini.
 
Sejumlah instansi pemerintahan di AS pun bersiap jika terjadi skenario terburuk. U.S. Government Accountability Office mengirim memo kepada pegawainya bahwa operasional akan ditutup pada pekan depan jika shutdown benar-benar terjadi.
 
Pegawai negeri AS akan dirumahkan ketika shutdown, karena tidak ada anggaran untuk menggaji mereka. Namun pelayanan dasar seperti kesehatan dan keamanan tetap akan berjalan.
 
Investor pun meninggalkan dolar AS dan beralih ke mata uang yang lebih aman seperti yen, euro, atau poundsterling. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS dibandingkan enam mata uang utama, turun hingga 0,44% ke 90,51.

Data-data ekonomi yang akan diumumkan hari ini, diantaranya tikat utilisasi kapasitas industri China dan tingkat kepercayaan bisnis di Hong Kong.

Aksi korporasi perusahaan Asia yang sedang disimak salah satunya, langkah SoftBank Group menjadi pemegang saham mayoritas di Uber. 
(hps/hps) Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular