Menutup Perdagangan, Dolar AS Kembali ke Rp 13.426/US$
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 January 2018 16:50
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini berada di Rp 13.426/US$ pada pukul 16.00 WIB. Bergerak melemah setelah pada pagi hari dibuka di Rp 13.397/US$.
Pergerakan rupiah sejalan dengan mata uang negara-negara kawasan. Dibuka menguat, tetapi cenderung bergerak terbatas sepanjang hari.
Sepertinya investor mulai merealisasikan keuntungan di pasar Asia, setelah sepanjang tahun lalu menikmati kenaikan yang signifikan. Yen Jepang telah menguat 2,41% terhadap dolar AS dalam waktu setahun terakhir. Sementara won menguat sampai 11,36%, yuan menguat 5,51%, dan rupee menguat 6,83%.
Di Asia Tenggara, baht menguat 9,62%, dolar Singapura menguat 7,3%, dan ringgit menguat 10,84%. Hanya rupiah dan peso yang melemah masing-masing 0,41% dan 0,94%.
Ke depan, mata uang Asia berpotensi melemah terhadap dolar AS seiring penguatan yang tinggi pada 2017. Selain itu, penguatan dolar AS juga didukung kenaikan suku bunga acuan dan normalisasi neraca The Federal Reserve.
Di sisi lain, bank sentral di Asia cenderung bersikap hati-hati meski tetap optimistis (cautiously optimistic) karena prospek pertumbuhan ekonomi kawasan masih sesuai target. Ini menyebabkan ruang stimulus moneter makin sempit dan penguatan mata uang pun menjadi terbatas.
Berikut pergerakan uang Asia terhadap dolar AS sepanjang 2018:
(dru) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Pergerakan rupiah sejalan dengan mata uang negara-negara kawasan. Dibuka menguat, tetapi cenderung bergerak terbatas sepanjang hari.
Sepertinya investor mulai merealisasikan keuntungan di pasar Asia, setelah sepanjang tahun lalu menikmati kenaikan yang signifikan. Yen Jepang telah menguat 2,41% terhadap dolar AS dalam waktu setahun terakhir. Sementara won menguat sampai 11,36%, yuan menguat 5,51%, dan rupee menguat 6,83%.
Di Asia Tenggara, baht menguat 9,62%, dolar Singapura menguat 7,3%, dan ringgit menguat 10,84%. Hanya rupiah dan peso yang melemah masing-masing 0,41% dan 0,94%.
Ke depan, mata uang Asia berpotensi melemah terhadap dolar AS seiring penguatan yang tinggi pada 2017. Selain itu, penguatan dolar AS juga didukung kenaikan suku bunga acuan dan normalisasi neraca The Federal Reserve.
Di sisi lain, bank sentral di Asia cenderung bersikap hati-hati meski tetap optimistis (cautiously optimistic) karena prospek pertumbuhan ekonomi kawasan masih sesuai target. Ini menyebabkan ruang stimulus moneter makin sempit dan penguatan mata uang pun menjadi terbatas.
Berikut pergerakan uang Asia terhadap dolar AS sepanjang 2018:
 Foto: Tim Riset CNBC Indonesia |
(dru) Next Article Rupiah Sempat Beraksi di Level 13.000-an
Most Popular