Penyebab Dolar AS Jatuh di Bawah Rp 13.400/US$

Gita Rossiana & Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
08 January 2018 11:03
Penguatan rupiah terhadap Dolar AS ditopang oleh besarnya inflow di pasar obligasi dan pasar modal.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
  • Penguatan rupiah terhadap Dolar AS ditopang oleh besarnya inflow di pasar obligasi
  • Prospek investasi pada tahun ini pun cenderung masih baik mengingat fundamental ekonomi yang terus membaik

Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditopang oleh besarnya arus dana masuk (inflow) di pasar obligasi. Analis berpandangan terdapat banyak sentimen positif yang membuat persepsi positif terhadap fundamental ekonomi dalam negeri.

"Penguatan rupiah terhadap dolar AS di bawah level Rp 13.400/US$ ditopang oleh besarnya inflow di pasar obligasi. Dalam sepekan, yield SUN [Surat Utang Negara] seri benchmark bertenor 10 tahun turun sekitar 40 bps [basis points] menjadi sekitar 6,1%," ungkap Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (8/1/2018).

Josua menuturkan, kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) trennya masih meningkat meskipun yield spread antara 10 tahun SUN dengan 10 tahun UST (United States Treasury) cenderung menurun bahkan di bawah level 400 bps sejak pertengahan Desember tahun lalu.

"Sentimen positif yang mempengaruhi tingginya minat asing pada SUN adalah perbaikan fundamental ekonomi Indonesia yang dikonfirmasi oleh rating upgrade oleh S&P dan Fitch pada tahun lalu yang meng-upgrade 1 notch rating Indonesia," ungkapnya.

Bahkan, menurut Josua, tidak menutup kemungkinan di 2018 ini, Moody’s juga akan menyusul menaikkan peringkat Indonesia. Dengan demikian, prospek investasi pada tahun ini pun cenderung masih baik mengingat fundamental ekonomi yang terus membaik.

"Defisit transaksi berjalan tahun 2017 dan 2018 diperkirakan masih dalam level yang sehat, yakni di bawah 2% terhadap PDB. Selain itu stabilnya nilai tukar rupiah masih akan ditopang oleh ekspektasi kebijakan moneter BI yang diperkirakan netral," paparnya.

Untuk diketahui, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI), Senin (8/1/2018) mencatat nilai rupiah per dolar AS berada di Rp 13.397/US$. Sementara pada Jumat (5/1/2018) nilai rupiah per dolar AS tercatat Rp 13.405/US$.

Sejalan dengan Josua, analis dari Mirae Asset Sekuritas, Franky Rivan, mengungkapkan penguatan rupiah dikarenakan ramainya arus modal masuk ke pasar saham. "Kita lihat ini bukti kuat optimisme asing ke pasar modal kita, asing net buy terus sehingga rupiah menguat. Kita harapkan pasar modal baik, obligasi dan saham akan semakin menarik karena investor asing masuk terus ke kita," kata Franky.


(prm) Next Article RI, Jepang, China Hingga Korsel Siap 'Buang' Dolar AS di 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular