
Sentimen Cenderung Positif Bursa Utama Asia Hijau
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
08 January 2018 08:39

- Investor di kawasan Asia optimistis menghadapi 2018, sinyal pemulihan ekonomi semakin jelas
- Ketegangan di semenanjung Korea diharapkan bisa mereda
Jakarta, CNBC Indonesia – Atmosfer positif masih melingkupi pasar saham utama Asia pada awal perdagangan pekan ini, dimana mayoritas dibuka menguat pagi ini. Para investor tampaknya semakin yakin ekonomi global membaik tahun ini dan rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump berkomunikasi dengan Presiden Korea Utata, Kim Jong Un membuat investor optimistis.
Indeks Nikkei pada pada awal perdagangan hari ini tercatat menguat 0,89%. Lalu indeks Hang Seng saat pembukaan menguat 0,25%, indeks Shanghai naik 0,18%, indeks Kospi menguat 0,10 % dan indeks Straits Times menguat 0,23%.
Sepanjang pekan lalu, bursa regional bergerak cenderung menguat dipimpin oleh Nikkei yang naik sampai 4,17%. Kemudian Hang Seng menguat 2,99%, Strait Times naik 2,54%, Kospi tumbuh 1,22%, dan KLCI naik 1,18%.
Dari Wall Street, indeks Dow Jones pada akhir pekan ditutup menguat 0,88% ke 25.295,87. Indeks S&P 500 pun naik 0,7% ke 2.743,15 dan Nasdaq bertambah 0,83% ke 7.136,56.
US Labor Department melaporkan perekonomian AS menciptakan 148.000 tenaga kerja pada Desember 2017. Lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 252.000. Meski begitu, pertumbuhan upah pekerja tumbuh lebih baik yaitu 2,5% dibandingkan November yaitu 2,4%.
Pergerakan di Wall Street yang terus menguat pada awal tahun ini masih dipengaruhi sentimen positif dari aturan reformasi perpajakan yang dikeluarkan Presiden Donald Trump. Salah satunya dengan memangkas tarif pajak penghasilan perusahaan dari 35% menjadi 21%.
Namun, pelaku pasar memperkirakan sentimen ini tidak bertahan lama. Sebab, stimulus pajak ini diberlakukan saat perekonomian AS hampir mencapai kapasitas optimalnya. Justru ada kekhawatiran pelonggaran pajak bisa membuat ekonomi Negeri Paman Sam overheat.
Sementara itu, harga minyak dunia tercatat masih berada pada kisaran US$ 60 – US$ 70 per barel. Kecenderungan harga minyak naik, dipicu oleh konflik di Iran.
(hps/hps) Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular