Mengungkap Hubungan Kelahiran Yesus & Perayaan Natal 25 Desember

Ferry Sandi,  CNBC Indonesia
26 December 2025 09:10
Paus Fransiskus melihat adegan kelahiran Yesus, yang dirancang oleh para seniman dan perajin dari Betlehem, di Tepi Barat yang diduduki Israel, di aula Paulus VI di Vatikan, 7 Desember 2024. (REUTERS/Remo Casilli)
Foto: Paus Fransiskus melihat adegan kelahiran Yesus, yang dirancang oleh para seniman dan perajin dari Betlehem, di Tepi Barat yang diduduki Israel, di aula Paulus VI di Vatikan, 7 Desember 2024. (REUTERS/Remo Casilli)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perayaan Natal setiap 25 Desember selama ini diperingati umat Kristiani di seluruh dunia sebagai hari kelahiran Yesus Kristus. Namun, para pakar menilai tanggal tersebut bukanlah hari kelahiran Yesus secara historis, melainkan hasil dari proses panjang yang dipengaruhi tradisi, perhitungan teologis, hingga konteks budaya pada masanya.

Hingga kini, tidak ada catatan sejarah yang benar-benar memastikan kapan Yesus dilahirkan. Ketidakpastian ini mendorong para sejarawan, astronom, dan teolog untuk menelusuri hubungan antara kelahiran Yesus dengan penetapan tanggal 25 Desember sebagai hari raya Natal.

Sejumlah ahli memperkirakan Yesus lahir antara tahun 6 SM hingga 4 SM. Perkiraan ini merujuk pada kisah dalam Alkitab tentang Raja Herodes Agung yang disebut memerintahkan pembunuhan bayi laki-laki di Betlehem. Catatan sejarah Romawi menyebut Herodes wafat pada 4 SM, sehingga kelahiran Yesus diyakini terjadi sebelum tahun tersebut.

Meski demikian, tidak semua sejarawan sepakat dengan kisah pembantaian bayi oleh Herodes. Beberapa ahli, termasuk Reza Aslan, meragukan peristiwa itu karena tidak ditemukan bukti kuat dalam arsip sejarah Yahudi maupun Romawi. Peristiwa tersebut bahkan dianggap oleh sebagian kalangan sebagai legenda yang bersifat simbolik.

Upaya penelusuran juga dilakukan melalui pendekatan astronomi. Fenomena "Bintang Betlehem" kerap dikaitkan dengan kejadian langit tertentu. Astronom Colin Humphreys dalam jurnal ilmiah pada 1991 mengemukakan bahwa bintang tersebut kemungkinan adalah komet yang tercatat oleh pengamat Tiongkok pada tahun 5 SM.

Teori lain menyebut Bintang Betlehem sebagai hasil pertemuan planet Venus dan Jupiter yang menciptakan cahaya terang di langit pada Juni tahun 2 SM. Ada pula pandangan yang mengaitkannya dengan konjungsi Saturnus dan Jupiter pada Oktober 7 SM.

Selain tahun, bulan kelahiran Yesus juga menjadi perdebatan. Beberapa pakar berpendapat Yesus lahir pada musim semi. Ignacio L. Gotz menyebut Yesus bisa saja lahir "pada akhir musim semi tahun itu karena kehamilan dimulai pada musim gugur setelah panen dan ada cukup uang untuk pesta pernikahan."

Penetapan 25 Desember sebagai hari Natal juga kerap dikaitkan dengan tradisi Romawi kuno. Salah satu teori menyebut Gereja Katolik Roma memilih tanggal tersebut untuk menyesuaikan perayaan Kristen dengan titik balik Matahari musim dingin serta festival Saturnalia yang populer di Kekaisaran Romawi.

Dalam bukunya berjudul Jesus the Jew: Reality, Politics, and Myth-A Personal Encouter, Gotz menjelaskan Gereja menggabungkan perayaan pagan yang telah mengakar dengan makna baru, yakni kelahiran Yesus, agar lebih mudah diterima masyarakat saat itu.

Teori lain yang dikenal sebagai "Sejarah Agama" menyebut umat Kristiani awal mengambil tanggal 25 Desember dari perayaan Sol Invictus, hari raya untuk Dewa Matahari di era Romawi. Namun, teori ini tidak sepenuhnya diterima oleh semua ahli.

"Umat Kristiani mungkin telah merayakan hari ulang tahun Yesus pada 25 Desember sebelum perayaan Sol Invictus dibuat," ujar Paul Bradshaw, Profesor Emeritus dari University of Notre Dame, yang menulis artikel dalam buku The Oxford Handbook of Christmas.

Pandangan tersebut diperkuat oleh Philipp Nothaft dari University of Oxford. Ia menilai hubungan antara Natal dan pesta Romawi tidak sesederhana yang selama ini diyakini.

"Kebanyakan ilmuwan mungkin setuju bahwa pesta itu cenderung bukan berasal dari sebelum tahun 274 Masehi, ketika Kaisar Aurelian mendedikasikan kuil baru untuk Sol Invictus di Roma. Kita hanya punya sedikit pengetahuan soal pesta ini untuk membuat pernyataan publik," tutur Nothaft.

Teori lain datang dari astronom David A. Allen yang mengaitkan Natal dengan fenomena titik balik Matahari. Ia menulis bahwa 25 Desember secara tradisional merupakan waktu ketika Matahari mulai bergerak kembali ke arah utara setelah titik balik musim dingin.

Menurut Allen, tanggal tersebut diperkenalkan ke kalender Kristen pada abad ke-4 Masehi oleh Kaisar Konstantin sebagai upaya menyatukan Kristen dengan kepercayaan lama seperti Mithraisme dan pemujaan Matahari.

"Pada waktu itu, 25 Desember dikenal sebagai Nativis Invictus, hari kelahiran kembali Matahari. Sebelum era Konstantin, hari ulang tahun Yesus dirayakan setiap 6 Januari," kata Allen.

Selain itu, ada pula teori komputasi yang menyebut umat Kristiani awal menghitung tanggal kelahiran Yesus berdasarkan hari penyalibannya. Mereka meyakini penyaliban terjadi pada 25 Maret, lalu menambahkan sembilan bulan hingga jatuh pada 25 Desember sebagai tanggal kelahiran.

Meski demikian, teori ini juga menyisakan pertanyaan, terutama terkait alasan penetapan 25 Maret sebagai tanggal penyaliban dan konsepsi Yesus.

"Ada semacam ketidakpastian dalam kedua teori itu. Tetapi saya benar-benar berpikir teori komputasi punya sedikit keunggulan," terang Bradshaw, dilansir LiveScience.

(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Merayakan Natal Bisa Dihukum Mati di Negara Ini, Kok Bisa?


Most Popular
Features