Susu Formula Dilarang Jadi Bantuan Bencana, Ini Kata Dokter Anak

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Selasa, 23/12/2025 11:50 WIB
Foto: Pengungsi Korban Banjir yang tinggal di Kontainer (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdebatan soal boleh tidaknya penyaluran susu formula bagi korban bencana kembali mencuat di ruang publik. Menanggapi hal tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan kebijakan tersebut bukanlah larangan mutlak, melainkan upaya menjaga kesehatan anak di tengah kondisi darurat yang serba terbatas.

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Piprim Basarah Yanuarso menjelaskan, prinsip utama dalam penanganan gizi anak di wilayah bencana tetap mengutamakan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI (MPASI).

"Intinya bukan melarang total. Yang diprioritaskan adalah ASI dan MPASI, karena itu yang paling aman dan sesuai kebutuhan anak dalam situasi bencana," ujar Piprim dalam temu media di Jakarta, dikutip dari detikcom, Selasa (23/12/2025).


Namun demikian, IDAI mengakui tidak semua anak di area bencana berada dalam kondisi ideal untuk mendapatkan ASI atau MPASI. Dalam situasi tertentu, seperti ketika orang tua meninggal dunia atau tidak mampu menyusui, kebutuhan nutrisi anak tetap harus dipenuhi.

"Donor ASI memang bisa menjadi opsi, tapi realitanya tidak selalu tersedia untuk semua anak," jelasnya.

Pada kondisi-kondisi inilah, lanjut Piprim, tenaga medis dapat merekomendasikan pemberian susu formula secara terbatas dan terkontrol. Keputusan tersebut harus melalui pertimbangan medis, bukan distribusi massal tanpa pengawasan.

IDAI menyoroti persoalan utama dari penggunaan susu formula di lokasi bencana, yakni aspek kebersihan dan keamanan. Keterbatasan air bersih, alat steril, serta lingkungan yang tidak higienis berpotensi menimbulkan risiko kesehatan baru.

"Menyiapkan susu formula itu tidak sederhana. Mulai dari mencuci botol, mensterilkan peralatan, sampai memastikan airnya aman. Kalau tidak terjaga, risiko diare pada anak bisa meningkat," tegas Piprim.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Daya Beli Lesu, Bisnis Kecantikan Bersaing Rebut Hati Pelanggan