Jangan Dipakai Masak, Begini Ciri Spatula yang Bahaya untuk Kesehatan

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Kamis, 20/11/2025 07:50 WIB
Foto: Ilustrasi Spatula. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Spatula merupakan salah satu alat dapur yang paling sering digunakan untuk masak. Bahan yang digunakan untuk spatula pun beragam, mulai dari kayu, plastik, silikon, hingga stainless steel. Meski begitu, tak semua spatula ternyata aman digunakan.

Ahli biomedik IPB University, Benedikta Diah Saraswati, S.Si., M.Biomed menjelaskan cara membedakan spatula yang aman dan tidak aman untuk memasak. 

Ciri-ciri spatula yang berbahaya

Diah menyebut spatula bahan silikon aman digunakan, namun sayangnya di pasaran banyak produk silikon murah yang dicampur dengan plastik.


"Jika silikon mudah berubah warna, terlalu murah, atau berbau kimia kuat, besar kemungkinan mengandung plastik," ujarnya, seperti dikutip dari laman resmi IPB University. 

"Coba tekuk spatulanya. Jika berubah warna putih atau retak, artinya ada campuran plastik. Silikon murni tidak berubah warna," tambahnya.

Jika ingin menggunakan spatula berbahan silikon, pastikan yang memiliki sertifikat food grade. Silikon sendiri, menurut Diah, aman karena tahan panas. 

"Silikon terdiri dari rantai silika yang stabil secara kimiawi, tahan panas hingga 250°C, dan tidak mengandung BPA, phthalate, atau PVC," katanya.

Diah juga menyarankan memilih spatula berlabel "BPA-free" dan "Phthalate-free" serta memastikan bertuliskan "Platinum-cured silicone."

Selain silikon, kayu alami dan bambu juga direkomendasikan karena memiliki sifat antimikroba alami. Sementara stainless steel cocok untuk memasak di suhu tinggi, namun tidak disarankan digunakan di wajan antilengket.

"Untuk dapur rumah tangga, pilihan paling aman adalah kombinasi spatula silikon food grade untuk wajan antilengket dan spatula kayu untuk memasak suhu sedang," sarannya.

Hindari spatula plastik

Spatula berbahan plastik berpotensi mengalami thermal degradation atau kerusakan akibat panas. Proses ini dapat melepaskan senyawa berbahaya ke dalam makanan.

"Senyawa seperti Bisphenol A (BPA), phthalate, formaldehida, atau amina aromatik bisa muncul saat plastik terpapar suhu tinggi," ujar Diah.

BPA dan phthalate dikenal sebagai pengganggu hormon (endocrine disruptors) yang dapat memicu gangguan kesuburan, resistensi insulin, gangguan perkembangan janin, hingga kanker. Selain itu, kata ia, plastik yang mulai meleleh bisa melepaskan monomer berbahaya seperti styrene, ethylene, dan propylene yang bersifat neurotoksik dan karsinogenik.

"Gesekan dan panas juga bisa menyebabkan pelepasan partikel mikroplastik yang ikut tertelan bersama makanan. Partikel ini dapat menembus dinding usus, masuk ke aliran darah, dan mengendap di jaringan tubuh," jelasnya.

Dampaknya bisa berupa stres oksidatif, peradangan kronis, dan gangguan metabolik.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Cristiano Ronaldo "Kopdar" Dengan Trump di Gedung Putih