Cuan! Industri Drama China Tembus Rp110 T, Siap Tantang Drama Korea
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri mikro drama atau drama pendek vertikal sedang meledak di China. Fenomena ini tak hanya mengguncang pasar domestik, tapi juga mulai menantang dominasi hiburan Amerika Serikat (AS) bahkan drama Korea (drakor).
Menurut China Netcasting Services Association, nilai pasar mikro drama di China pada 2024 menembus 50 miliar yuan atau sekitar US$6,9 miliar (sekitar Rp110 triliun). Ini dinilai melampaui pendapatan box office film nasional untuk pertama kalinya.
Melansir Deadline, media Partners Asia (MPA), juga mencatat lonjakan luar biasa dalam empat tahun terakhir. Dari hanya US$500 juta pada 2021, menjadi US$7 miliar pada 2024, dan diproyeksikan menembus US$16,2 miliar pada 2030 dengan pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) 11,5%.
Pada 2025, pendapatan drama mikro di China diprediksi melebihi US$9,4 miliar dengan jumlah penonton mencapai lebih dari 830 juta orang. Sekitar 60% dari mereka melakukan pembayaran atau transaksi terkait konten.
Drama mikro dikenal juga dengan istilah duanju, biasanya berdurasi 90 detik hingga dua menit per episode. Ceritanya dikemas singkat, intens, dan penuh kejutan di setiap menit.
CEO AR Asia Production, Anne Chan menilai cepatnya alur cerita dalam format drama China. "Di AS, ada serial drama 'The Bold and The Beautiful' Dan ini seperti 'The Bold and The Beautiful' versi ekstrem, tapi disuntik steroid," ujar Anne Chan dikutip CNBC International, Senin (27/10/2025).
Format ini berkembang seiring tren video vertikal di platform seperti Douyin dan Kuaishou, dua raksasa media sosial asal China. "Pertumbuhannya meledak terutama pada 2020 dan 2021, saat pandemi," kata Ashley Dudarenok, pendiri firma konsultan ChoZan di Hong Kong.
Daya tarik utama drama mikro terletak pada kemampuannya memberikan kepuasan instan lewat kisah emosional yang cepat dan mudah diikuti. Vice President of Research & Insights di Sensor Tower, Seema Shah menilai, mereka memanfaatkan perilaku instant gratification.
"Ceritanya memang berlebihan, tapi tetap menghibur," imbuhnya. Bagi penonton yang terbiasa dengan konsumsi cepat lewat ponsel, format vertikal yang bisa ditonton di mana saja dan kapan saja ini terasa pas.
Fenomena drama mikro kini menular ke pasar global, termasuk Amerika Serikat dan Indonesia. Aplikasi seperti ReelShort, DramaBox, dan GoodShort menjadi yang paling banyak diunduh di AS, menyumbang sekitar 50% dari total unduhan micro drama sepanjang 2025, menurut data Sensor Tower.
"Banyak produser drama mikro percaya, jika konten ini bisa diterima di Amerika, yang dianggap pusat ekspor budaya dunia maka akan mudah diterima di pasar global lainnya," ujar Dudarenok.
Selain China dan AS, Jepang diprediksi menjadi pasar Asia terbesar berikutnya dengan pendapatan US$1,2 miliar pada 2030, didukung integrasi pembayaran LINE Pay dan meningkatnya produksi lokal. Wilayah Asia Tenggara dan Amerika Latin juga disebut sebagai pasar potensial, sementara India masih berada pada tahap eksplorasi.
"Drama mikro telah berevolusi dari eksperimen kecil menjadi kategori global bernilai miliaran dolar," kata Vivek Couto, Direktur Eksekutif MPA.
"Produksi memang murah, tapi distribusinya mahal. Kunci suksesnya adalah kecepatan, skala, dan kekuatan IP yang berulang. China menunjukkan potensi maksimal ketika konten terintegrasi dengan sistem sosial dan pembayaran digital, sementara AS membuktikan potensi ekspansi globalnya," ujarnya melanjutkan.
(miq/miq)