Rahasia Anak Bermental Baja, Orang Tuanya Tak Lakukan 7 Hal Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pakar pengasuhan anak dan pendiri Foundations Reem Raouda mengungkapkan rahasia di balik anak-anak yang tumbuh dengan mental kuat alias bermental baja. Hal itu ditemukannya saat mempelajari lebih dari 200 hubungan orang tua-anak.
Hasilnya, dia menemukan ada 7 perilaku atau tindakan yang tidak dilakukan oleh orang tua yang anak-anaknya tumbuh kuat secara mental.
Berikut rangkumannya dari CNBC Make It, Sabtu (18/10/2025):
1. Tidak buru-buru menyelesaikan masalah anak
Sebab, anak-anak membangun ketahanan mentalnya dengan belajar bagaimana melewati situasi sulit.
Psikolog klinis Lisa Damour mencontohkan situasi di mana saat anak lupa mengerjakan PR, orang tua sebaiknya membiarkan mereka menghadapi konsekuensinya. Kemudian barulah bicarakan hal itu dengan anak, termasuk bagaimana mereka akan bertindak berbeda di masa depan.
2. Tidak harus selalu sempurna
Jangan menghancurkan kepercayaan anak dengan membentak dan menyalahkan mereka ketika melakukan kesalahan. Jangan juga beroura-pura seolah tidak ada masalah.
Biarkan anak belajar, kesalahan tidak mengakhiri hubungan dan bertanggung jawab adalah kekuatan.
3. Menekan perasaan besar
Jangan mematikan atau menekan perasaan-perasaan besar seperti marah atau sedih. Anak akan takut dengan emosinya. Padahal kekuatan datang dengan mengetahui perasaan-perasaan buruk dapat dikelola.
Hal ini akan melatih ketahanan sosial anak.
Jika anak sedang kesal, sebaiknya respons dengan mengatakan, "Aku tahu itu sangat menyakitkan. Aku di sini bersamamu." Bukan, "Kamu baik-baik saja."
4. Hargai Prestasinya
Anak bermental baja adalah anak yang mengetahui keberadaannya berharga tanpa bergantung pada nilai atau piala.
Ketika nilainya jelek, jangan katakan, "Kamu lebih pintar dari ini." Tapi, katakan, "Aku bangga dengan usaha yang kamu lakukan. Nilaimu tidak mendefiniskan kamu."
5. Jangan otoriter
Pola asuh yang otoriter memang tampak kuat, tapi akan melahirkan kelemahan. Saat anak tidak diberi kesempatan bersuara, mereka akan belajar menyerah atau memberontak.
Padahal, kekuatan sejati tumbuh ketika anak dilibatkan saat mengambil keputusan, menyadari pendapat mereka adalah penting.
Dengan begitu, akan membangun kepercayaan dirinya dan anak tidak akan terjebak tekanan perebutan kekuasaan.
6. Tidak membuat anak bertanggung jawab atas emosi Anda
Tanpa sadar beberapa orang tua mengharapkan anak-anak membantu dan menghibur mereka di saat stress. Kondisi membalikkan peran emosional ii merugikan anak.
Jangan katakan, "Kamu membuatku sedih." Tapi, "Aku merasa kewalahan. Aku butuh waktu menenangkan diri."
7. Tahu kapan harus beristirahat
Tunjukkan kepada anak, kuat berarti mengetahui kapan harus istirahat, mengisi ulang energi, dan menghargai diri sendiri.
Saat orang tua menunjukkan akan beristirahat, berarti sedang mengajarkan kesadaran tubuh cara mengenali sinyal stres dan merespons sebelum kelelahan.
"Kekuatan mental menyangkut hal-hal membantu anak menghadapi situasi sulit, mengetahui dan merasakan perasaan mereka, bertanggung jawab, dan beristirahat, dengan kesadaran kalau mereka sangat dicintai apa adanya," kata Raem Raouda.
(dce/dce)