Studi Temukan Jenis Minuman yang Merusak Liver Paling Cepat

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Jumat, 10/10/2025 09:00 WIB
Foto: Ilustrasi minuman berpemanis (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah studi baru memperingatkan bahwa minuman "diet" mungkin tidak sesehat yang Anda bayangkan.

Satu kaleng minuman manis atau mengandung pemanis buatan setiap hari dapat meningkatkan risiko terkena penyakit liver yang disebut metabolic dysfunction-associated steatotic liver disease (MASLD), menurut sebuah studi baru. MASLD terjadi ketika lemak menumpuk di liver, yang berpotensi menyebabkan peradangan (hepatitis), nyeri, kelelahan, dan kehilangan nafsu makan.

Mengutip Euronews, penelitian yang telah dipresentasikan di United European Gastroenterology Week di Berlin ini mengamati 123.788 peserta di Inggris selama satu dekade yang sebelumnya tidak memiliki penyakit liver.


Konsumsi minuman dilacak menggunakan kuesioner diet 24 jam yang berulang. Selama 10 tahun, 1.178 peserta mengalami MASLD dan 108 meninggal karena penyebab yang berhubungan dengan penyakit liver.

Temuan menunjukkan bahwa mengonsumsi minuman manis dari gula meningkatkan risiko MASLD sebesar 50 persen, sementara minuman rendah atau tanpa gula meningkatkan risiko sebesar 60 persen.

"Studi kami menunjukkan bahwa minuman rendah atau tanpa gula sebenarnya terkait dengan risiko MASLD yang lebih tinggi, bahkan pada tingkat asupan yang sederhana seperti satu kaleng per hari. Temuan ini membantah persepsi bahwa minuman ini tidak berbahaya," kata penulis utama penelitian ini, Lihe Liu.

Bagaimana minuman manis dapat membahayakan liver?

Tim peneliti menjelaskan bagaimana minuman ini dapat membahayakan liver secara biologis.

"Kandungan gula yang lebih tinggi dalam minuman manis dapat menyebabkan lonjakan glukosa darah dan insulin yang cepat, meningkatkan berat badan, dan meningkatkan kadar asam urat, yang semuanya berkontribusi pada penumpukan lemak di hati," jelas Liu.

"Minuman rendah atau tanpa gula, di sisi lain, dapat memengaruhi kesehatan hati dengan mengubah mikrobioma usus, mengganggu rasa kenyang, memicu keinginan untuk makan manis, dan bahkan merangsang sekresi insulin."


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Clean Beauty, AI dan Masa Depan Industri Kecantikan Indonesia