20 Anak Meninggal usai Minum Obat Batuk Sirup, Ginjalnya Rusak

Fergi Nadira, CNBC Indonesia
Rabu, 08/10/2025 14:10 WIB
Foto: Ilustrasi obat batuk. Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Jumlah korban meninggal akibat sirup batuk tercemar di negara bagian Madhya Pradesh, India, bertambah menjadi 20 anak. Lima anak lainnya masih dirawat karena gagal ginjal akut setelah mengkonsumsi sirup bermerek Coldrif yang diketahui mengandung bahan kimia beracun.

Wakil Ketua Menteri Madhya Pradesh, Rajendra Shukla, mendata dari 20 anak meninggal, sebanyak 17 korban berasal dari distrik Chhindwara. Dua dari wilayah Betul dan satu anak dari Pandhurna.

"Dua anak meninggal hari ini dan satu meninggal tadi malam. Sebelumnya sudah ada 17 korban jiwa," kata Shukla saat meninjau rumah sakit di Nagpur, dikutip dari The Hindu, Rabu (8/10/2025).

Ia menambahkan, lima anak yang masih dirawat kini berada di berbagai rumah sakit, termasuk dua di Government Medical College Nagpur dan dua lainnya di AIIMS. Pemerintah negara bagian berjanji akan menanggung seluruh biaya pengobatan anak-anak tersebut.

"Pemerintah telah membentuk tiga tim untuk membantu keluarga korban selama masa perawatan di Nagpur," demikian pernyataan resmi pemerintah Madhya Pradesh.

Kasus ini bermula ketika anak-anak mengalami demam dan flu, lalu mengonsumsi sirup Coldrif yang ternyata mengandung diethylene glycol hingga 45%. Zat itu diketahui sebagai zat beracun yang dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian.

Sirup tersebut diproduksi oleh Sresan Pharmaceuticals yang berbasis di Kancheepuram, Tamil Nadu. Setelah ditemukan cemaran kimia berbahaya, otoritas obat di Tamil Nadu dan Madhya Pradesh langsung melarang peredarannya.

Kasus ini semakin memanas setelah polisi menangkap Dr. Praveen Soni, seorang dokter anak di distrik Parasia, yang diduga meresepkan Coldrif kepada banyak anak yang kemudian meninggal dunia. Polisi juga telah menetapkan pihak pabrikan sebagai tersangka dan membentuk tim investigasi khusus (SIT).

Penangkapan ini memicu gelombang protes dari kalangan medis. Ratusan dokter di Chhindwara melakukan demonstrasi dan melancarkan aksi mogok tanpa batas waktu, menuntut pembebasan Dr. Soni.

"Dia bukan kriminal, tapi dokter senior yang hanya menjalankan tugas. Pemerintah seharusnya menindak produsen obat dan pihak yang menyetujui penggunaannya," ujar Dr. Ankur Batra, sekretaris Asosiasi Medis India (IMA) cabang Parasia.

Menurut Batra, dokter gigi, apoteker, dan asosiasi farmasi lokal juga ikut bergabung dalam aksi solidaritas tersebut. Sebuah aksi damai dijadwalkan berlangsung pada Rabu (8/10/2025).

Tragedi ini juga kembali menyoroti lemahnya pengawasan kualitas obat di India. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah kasus serupa melibatkan sirup batuk yang menewaskan anak-anak di Gambia, Uzbekistan, dan Kamerun. Dan sejumlah laporan menyebutkan, tak ada satu pun negara bagian di India yang sepenuhnya mematuhi standar mutu obat yang ditetapkan pemerintah pusat.



(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Clean Beauty, AI dan Masa Depan Industri Kecantikan Indonesia