Kenali ASD, Penyakit Jantung Bawaan yang Jarang Diketahui

Linda Sari Hasibuan, CNBC Indonesia
Selasa, 07/10/2025 15:50 WIB
Foto: Ilustrasi sakit jantung akibat tersumbat pembuluh darah. (Istockphoto/wildpixel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Angka kematian akibat penyakit jantung di Indonesia begitu tinggi. Data penyakit jantung di Indonesia tahun 2024 menunjukkan bahwa penyakit jantung merupakan penyebab kematian tertinggi utama, dengan sekitar 1,5% penduduk Indonesia menderita penyakit jantung.


Ada banyak faktor yang diduga menyebabkan tingginya angka kematian akibat penyakit jantung di Indonesia. Salah satu faktor tersebut adalah kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang penyakit jantung.

Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Kardiologi Pediatrik dan PJB, dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K) mengatakan salah satu penyakit jantung yang jarang diketahui adalah Atrial Septal Defect (ASD). Ini merupakan kelainan jantung bawaan sejak lahir karena adanya lubang di septum yang menyebabkan sejumlah darah di atrium kiri berpindah ke atrium kanan.

Normalnya, septum menutup dengan sempurna. Namun, pada atrial septal defect (ASD) atau defek septum atrium, septum tidak terbentuk dengan sempurna sehingga meninggalkan lubang atau celah.

Atrium adalah ruang bagian atas jantung yang terletak di sisi kanan dan sisi kiri jantung. Atrium kiri berfungsi untuk menerima darah kaya oksigen dari paru-paru, sedangkan atrium kanan berfungsi untuk mengalirkan darah dengan kandungan oksigen yang lebih rendah dari seluruh tubuh ke paru-paru.

"ASD atau Atrial Septal Defect atau defect pada septum atrium itu merupakan penyakit jantung bawaan. Kondisi di mana jantung terdapat lubang pada septum atrium, yaitu dinding yang memisahkan atrium kiri dan kanan jantung," kata dr. Radityo dalam akun Instagram PJN Harapan Kita, Selasa (7/10/2025).

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pada kondisi normal, septum tersebut berfungsi untuk mencegah darah kaya oksigen bercampur dengan darah yang mengandung karbondioksida. Jika tidak diobati maka dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan.

Tingkat keparahan cacat bervariasi tergantung pada ukuran lubang dan jumlah darah yang dialirkan dari satu atrium ke atrium lainnya. Umumnya, penderita ASD tidak menimbulkan gejala sehingga banyak penderita baru merasa ada keluhan pada dekade dua (usia 10-19 tahun) maupun dekade tiga (usia 20-29 tahun).

Penanganan untuk ASD bergantung pada ukuran lubang dan gejalanya. ASD yang berukuran kecil mungkin tidak memerlukan intervensi, dan pasien dapat menjalani kehidupan normal. Namun, cacat yang lebih besar atau yang menyebabkan komplikasi mungkin memerlukan penanganan.

"Jadi jika baru tahu pada usia dewasa tidak perlu takut sebab dokter jantung akan membantu memilihkan tata laksana terbaik. Melakukan diagnosis dini dan intervensi tepat waktu, baik melalui pembedahan atau penutupan dengan kateter, dapat meningkatkan kualitas hidup secara signifikan dan mencegah komplikasi jangka panjang," paparnya.


(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Waspadai Penyakit Jantung di Usia Muda, Risiko Kematian Nyata